<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d35515654\x26blogName\x3dSeruput\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://seruput.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://seruput.blogspot.com/\x26vt\x3d-8552764801363357580', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>


Perempuan Suara Kenyal

Saturday, November 28, 2009
Wahai Perempuan
Suaramu kenyal sekali

Tahukah kamu,
suaramu yang kenyal itu
mengental dalam kopiku
dan kureguk sebagai pahit dan manis
Hmm....nikmat sekali

Negara Hukum Indonesia

Korupsi di lembaga Peradilan (judicial corruption) di tanah air sekarang ini termasuk korupsi yang paling gawat kondisinya. Karena, korupsi peradilan ini telah melibatkan aktor-aktor penting di dalamnya, diantaranya polisi, jaksa, hakim, dan panitera, bahkan terjadi di semua tingkatan, juga pengacara dan masyarakat pencari keadilan itu sendiri. Keterjalinan diantara aktor-aktor itu dari waktu ke waktu telah terbangun sedemikian rupa, sehingga nyaris menyerupai organisasi mafia yang terorganisir meskipun tidak berbentuk.

Saya merasa sangat miris mendengar berita beberapa hari ini. Ada yang terjerat pidana hanya karena nge-Charge HP di sebuah apartemen (nyolong listrik), ada juga yang karena mengambil sisa-sisa panen kapas sebuah perusahaan, yang kalau dijual hanya seharga empat ribu rupiah (Pencurian), ada juga yang cuman gara-gara 3 buah kakao/coklat (Nenek Minah yang malang), trus ada juga yang cuman gara-gara nyolong pulsa buat satu kali sms doang (yang ini bohong, hehehe. Hiperbola aja). Hufh...Cape deh.

Saya sih setuju-setuju saja, bahwa segala bentuk pencurian, sekecil apapun, harus ditindak. Biar tidak kurang ajar. Tapi yang membuat saya sedih itu, yang selalu mendapatkan tindakan-tindakan TEGAS selalu dan selalu hanya pencurian-pencurian kelas thelek lenthung alias pencurian-pencurian kelas tai ayam.

Sedangkan pencurian-pencurian level tinggi selalu diakhiri dengan kalimat Tidak terbukti bersalah. Ada orang yang merugikan negara sekian milyar, ada orang yang melarikan uang negara sekian triliun, ada orang yang berfoya-foya dengan uang negara, ada orang yang mencuri bergelondong-gelondong kayu, ada yang mencuri berjuta-juta kibik air, ada yang memanipulasi penghasilan, ada yang menilep berton-ton beras bantuan, ada yang mengambil pungutan liar alias pungli dalam melayani masyarakat, ada juga yang samar-menyamarkan ONH dan berbagai macam kasus berkelas tinggi lainnya yang tentu saja selalu tidak bisa dibuktikan di meja hijau. Ya, selalu tidak bisa dibuktikan.

Saya sendiri juga bingung. Kok bisa seperti ini ya? Kadang-kadang hati saya bertanya-tanya, layakkah negara kita ini, Indonesia yang kita cintai ini disebut sebagai negara hukum?

Manusia

Allah menciptakan manusia itu dengan sempurna. Dan sempurnanya manusia itu mengalahkan kesempurnaan makhluk-makhluk Allah yang lain. Jadi, malaikat, jin, tumbuhan, hewan, angin, langit, batu, bumi dan semua makhluk Allah yang bukan manusia, itu kalah sempurna dengan manusia. Makanya manusia mendapatkan amanah, punya kemuliaan, sampai-sampai Allah memerintahkan kepada malaikat untuk bersujud kepada manusia (Adam). Mereka semua bersujud, kecuali iblis. Dalam teks al-Qur'an seperti itu, yang disuruh bersujud malaikat, tapi yang dikecualikan iblis. Sehingga ada yang berpendapat kalau iblis itu termasuk dari bangsa malaikat.

Saya tidak akan metuwek dengan membahas hal itu dalam blog yang hanya untuk diseruput ini. Bisa-bisa kalian pada kabur. Kok blognya jadi ilmiah sih? Atau, wah, jadi bukan seruput lagi donk? Iya, tidak.

Semua itu saya tulis, untuk menginformasikan bahwa manusia itu adalah sempurna-sempurnanya makhluk. Yang lain, tentu saja berada di bawah manusia nilai kesempurnaannya. Nah, dibalik kesempurnaan yang dimiliki manusia tersebut, ternyata setiap manusia dengan manusia lain itu masih beda. Ada yang tidak sama. Maha Besar Allah. Maha Suci Allah.

Kalau mau dilihat dari fisik, wah jangan ditanya, Allah tidak pernah kehabisan ide. Coba saja cari dua orang yang sama persis-sis. Niscaya kalian tidak akan mendapatkannya. Bahkan apa yang dikatakan oleh dokter sebagai kembar identik, masih saja ada bedanya. Itu fisiknya. Nah, yang lebih tidak mustahil dari itu adalah karakter manusia, kecenderungannya, kesukaannya, hobinya, kekuatannya, keilmuannya, dan lain sebagainya. Bermacam-macam. Ya bermacam-macam.

Ada Hitler yang suka membantai, ada Mao yang selalu uji coba dengan teori sosial komunisnya, ada Bush dengan gaya konspirasinya, ada Mubarok dengan gayanya yang njenggong enggak; ngeong juga enggak, ada Soeharto yang rajin mengumpulkan harta korupsi (kata surat kabar), ada Voltaire, Nietzche, Darwin, Einstein, Gandhi, Marx, Tolstoy, Ibn Hazm, ibn Taimiyyah, Imam Syafi’i, ibn Sina, al-Kadafi, ibn al-Qayyim, ibn Katsir, Suyuthi, ibn Hajar, dan masih banyak lagi, bisa puluhan, ratusan, ribuan, ratusan ribu, jutaan, miliaran, atau bahkan lebih dari itu. Hmmm...Tapi dari sekian perbedaan-perbedaan itu; dari sekian yang bermacam-macam itu, saya lebih tertarik kepada ulah seseorang yang mengaku dirinya Grandong. (Ini nyata lho, bisa dipertanggung jawabkan kalo ini benar-benar nyata. Saksi hidupnya insyaAllah masih ada) Sumpah, saya tidak tahu siapa sebenarnya orang yang mengaku Grandong ini. Sepertinya ia adalah teman saya semasa di SMP. Mendadak ia membacakan doa dalam bentuk teks yang kemudian ia kirimkan melalui sms-nya yang sedikit ‘nakal’. Lalu ia teror juga kawan saya yang dianggapnya ‘lawan’ saya, dia kerjain, sampai kawan saya itu tertawa-tawa geli; kadang-juga sebel; jengkel; mangkel, dan lain sebagainya. Dan kalau sudah begitu, kawan saya itu akan senyum-senyum sendiri, merasa geli hatinya, atau akan marah-marah kecil dengan menyebutnya ‘kurang kerjaan’, dan bisa juga ia terbakar emosi.

Hmm, sebagai kawan yang baik, saya akan mengingatkan; memberi saran kepada kawan saya itu, bahwa orang-orang yang berbuat demikian itu tidak perlu diladenin. Percuma. Anggap saja sebagai hiburan. Toh, tidak ada gunanya. Seperti yang biasa-biasa sudah kita dengar, bahwa sejatinya menang adalah kemenangan untuk tidak memusuhi walaupun dimusuhi; kemenangan untuk tidak membenci walaupun dibenci; kemenangan untuk tidak me-ngerjain walaupun dikerjain.

Ah, lucu juga. Biarin ajalah, Moet. Mungkin ada yang sedang menggarap tayangan acara “Gosip Islami”, dan mungkin juga, orang yang mengaku Grandong ini adalah salah satu reporternya. Kita harus tetap tenang. Ya, kita harus tetap tenang. Sambil terus melanjutkan aktivitas kita masing-masing. Sudahlah, Teruskan bacaanmu. Setelah itu, ambil pena, tuliskan dalam lembaran-lembaranmu. Beri arti pada yang sudah susah payah memahamkanmu. Biar mereka makin mantap, bahwa usaha mereka tidak sia-sia memberimu pelajaran.

Selamat melanjutkan aktivitas. Jangan lupa makan, ya

Padang Gelisah

Pada mulanya adalah sebuah prahara yang tak pernah surut. Lalu datang badai, ia mengamuk tak mengenal ampun. Alam pikiran bergelut dengan dirinya sendiri dan membentur-bentur kenyataan.

Inilah masa yang sangat membosankan ketika semua harus ditahan hanya di dalam hati. Lalu menggumpal menjadi semacam amarah kecil-kecil. Dan aku tidak punya kekuatan untuk berteriak, untuk menumpahkan amarah dan emosi.

Lalu aku mencoba mencari jalan lain....
Mencari tempat untuk menumpahkan isi hati
O, ternyata aku telah menemukan tempat itu
Ia di sebuah sudut yang tak berpenghuni
Dan di situlah aku menangis
Dengan tenang
Tenang sekali

Syukur

Wednesday, November 18, 2009
Misalkan saja kita ingin bepergian jauh, tapi kita tidak punya bekal yang cukup, apakah kita masih berani melangkah?

pertanyaan itu selalu berputar-putar di kepala ketika saya hendak mewujudkan impian, cita-cita yang dengan susah payah saya bangun. Nyatanya, hidup memang tidak seperti sekadar buang angin, kapan kita mau, kita bisa seenaknya menghembuskannya. Tidak, tidak sesederhana itu. Ada yang mengatakan hidup adalah perjuangan, ada yang bilang sebuah petualangan, ada juga yang bilang kecelakaan, dan masih banyak lagi.

Tapi tentu saja, menurut saya bukan semua itu. Karena hidup adalah anugerah, sebuah kepercayaan dari sang pencipta kepada makhluknya yang berbentuk amanah. Kita dianugerahi segala macam kenikmatan. Tak terhitung nilainya.

Hmmm, dengan selalu mengingat hal itu, saya menjadi sadar, bahwa saya harus tetap beryukur walaupun ada kejadian-kejadian yang tidak sesuai dengan keinginan-keinginan saya, impian saya, cita-cita saya, rencana-rencana saya, dan segala hal yang saya harapkan. Walaupun pada kenyataannya memang terasa sangat sakit. Ya, saya harus tetap bersyukur. Karena dalam hidup ini sebenarnya tidak ada yang namanya nasib buruk. Yang ada adalah nasib baik dalam bentuk yang berbeda.

Ya, saya harus belajar bersyukur. Dari hal sekecil apapun. Sebesar apapun.

Selamat Ultah

Kenyataan memang tidak selalu sama dengan apa yang kita bayangkan. Tapi, walau bagaimanapun juga, hidup adalah anugerah yang wajib kita syukuri. Banyak kejadian yang kadang-kadang berada diluar batas perkiraan kita, diluar batas pikiran kita, diluar batas nalar kita.


Misalnya kita berpikir tentang asal-usul kita sendiri. Lalu kita bertanya-tanya, kenapa kita terlahir ke dunia? Kenapa harus saya, misalnya, yang harus terlahir dari hubungan ibu-bapak saya ? Kenapa harus ada generasi penerus ? atau kenapa saya harus terlahir seperti ini dan kamu seperti itu ? Kenapa, kenapa, kenapa ? Ya, tanya kenapa ? Dengan taanda tanya yang sangat besar.


Ah, itu semua tidak penting, yang paling penting adalah kita sendiri, ya, keinginan-keinginan kita, cita-cita kita, kehadiran kita, dan kemanfaatan kita di tengah-tengah masyarakat kita.


Lebih penting lagi, sekarang adalah hari dimana dua tahun yang lalu adek kecilku terlahir. Ya, mungkin dia tidak tahu apa-apa, mungkin dia bertanya-tanya. Kenapa dia sampai harus menghirup udara di dunia yang sudah tidak nyaman ini. Yang seterusnya akan mengikuti arus kehidupan yang kadang-kadang juga konyol. Gak dinyono-nyono.


Hmmm... Selamat Datang adekku, selamat Ulang Tahun. Berlatihlah mbrangkang, berjalan, dan kemudian berlari. Kalau kamu sudah cerdas, bikinlah sayap, lalu terbanglah ke dunia yang belum pernah kakak jalani. Ya, SELAMAT ULANG TAHUN. Semoga kehadiranmu di dunia ini tidak sekedar tampil dan narsis-narsisan. Tapi ada nilai manfaatnya. Amin ya robbal Alamin. Selamat, jatah hidupmu juga sudah mulai dikurangi.


Sok Sibuk

Friday, November 13, 2009
Belum sempat ngisi blog. Sekarang kerjaannya sok sibuk; keliling jawa timur.