<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d35515654\x26blogName\x3dSeruput\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://seruput.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://seruput.blogspot.com/\x26vt\x3d-8552764801363357580', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>


Kabar Duka

Wednesday, September 26, 2007
KH. Moh. Tidjani Djauhari, MA.


Duka yang dalam, Malam ini kabar itu benar-benar telah menjadi nyata. Guru kami, panutan kami, KH. Moh. Tidjani Djauhari, MA., pengasuh pondok pesantren Al-Amien prenduan, Madura telah meninggalkan dunia yang fana ini pada tanggal 27 September 2007 jam 2 dini hari. Semoga segala Amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT, dosanya diampuni dan mendapatkan Syurga yang dijanjikan olehNya. Amien...amien...ya robbal alamien.

Ayahanda, maafkan muridnmu yang belum bisa membuatmu tersenyum. Muridmu ini sadar, bahwa cita-cita luhurmu dan perjuanganmu belum tuntas. Kami adalah generasi yang harus meneruskan perjuanganmu. Karena kepergianmu, bukanlah sebuah alasan bahwa perjuanganmu akan berhenti. Kami, anak-anakmu, akan senantiasa melanjutkan perjuangan dan cita-cita luhurmu. Semoga, bakti kami kepadamu bisa menjadi penebus dari kesalahan-kesalahan yang telah kami perbuat kepadamu.

Ya Allah yang maha pengampun.....
Ampunilah dosa kami, dosa kedua orang tua kami, dan dosa guru-guru kami

Ya Allah yang maha penyayang
Sayangilah kami, kedua orang tua kami, dan sayangilah guru-guru kami

Ya Allah .....................
Tempatkanlah kami, kedua orang tua kami dan guru-guru kami di tempat yang engkau janjikan. Khususnya, kepada guru kami yang telah kau panggil. Tempatkanlah mereka di sisimu, bersama dengan para nabimu, rasulmu dan bersama orang-orang yang Kau sayangi.

Hanya kepadamulah kami kembali.

Rabbana atina fi al-dunya hasanah wa fi al-akhirati hasanah waqina adzaba al-nar, subhana rabbika rabbil izzati amma yasifun. wasalamun ala al-mursalin walhamdulillahi rabbil alamin.

Bagi siapa saja yang membaca ini, mohon sambung doanya......Salam.

Puisinya GM

Saturday, September 22, 2007
TIGRIS

Sungai demam
Karang lekang
Pasir pecah
pelan-pelan

Gurun mengerang: Babilon!
Defile berjalan

Lalu Tuhan memberi mereka bumi
Tuhan memberi mereka nabi

Antara sejarah
dan sawah
hama
dan Hammurabi

Setelah itu, kita tak akan di sini


Kau dengarkah angin ngakak malam-malam
ketika bulan seperti
susu yang tertikam
ketika mereka memperkosa
Mesopotomia?

Seorang anak berlari, dan seperti dulu
ia pun mencari-cari
kemah di antara pohon-pohon tufah

Jangan menangis.

Belas adalah
Iblis karena Tuhan telah menitahkan airmata
jadi magma, bara yang diterbangkan bersama
belibis, burung-burung sungai yang akan
melempar pasukan revolusi
dengan besi dan api
"Ababil! Ababil!" mereka akan berteriak.
Bumi perang sabil.

Karena itulah, mullah, jubah ini
selalu kita cuci dalam darah di tebing
Tigris yang kalah
Dari Najaf ada gurun. Kita sebrangi
dengan geram dan racun. Dan tiba di Kerbala
akan kita temui pembunuhan
yang lebih purba.

(Ibuku. Seandainya kau tahu kami adalah anak-anakmu)

1986

dikutip dari: Asmaradana, Grasindo, 1992

Kau dan Ibukku

Kalau aku perhatikan lebih dalam, ternyata kau mirip sekali dengan adikku. Atau bahkan ibukku. Entahlah. Kenapa juga aku berpikiran seperti itu. Ah, tidak usah dipikirkan. Karena kau memang ada kemiripan dengan adik dan ibukku itu. Sifatmu, tingkah lakumu, penampilanmu, cara jalanmu, dan beberapa bagian dari dirimu memang ada kemiripan dengan adik atau ibuku. Sebagian mirip adikku, sebagian lagi dengan ibukku. Ada satu bagian yang nampak begitu transparan. Bagian itulah yang menandakan bahwa aku bertemu dengan ibukku yang aku sangat merinduinya. Dan aku suka itu.

Senyum. Ya, melihat senyummu, aku seperti melihat senyum ibukku. Senyum yang benar-benar kumerindunya. Setiap ibuk marah kepadaku, ia tidak pernah berkata kasar, berteriak, apalagi sampai memukul. Jika beliau marah, ia mengulas senyumnya yang khas. Dan aku jadi merasa bersalah. Jadi aku harus segera minta maaf. Dan memang begitulah cara ibukku mendidikku. Lain dengan bapak, yang hanya bisa marah-marah dan memaki. Bahkan memukuliku. Ah, sudahlah. Lagian, berkat bapak juga aku bisa hidup tegar. Tidak cengeng. Tapi tetap saja, kelembutan hati Ibuk telah menyentuh dasar hatiku.

Aku kira senyum itu hanya milik ibukku. Ternyata tidak. Aku masih melihatnya di sini. Aku menemukan senyum itu di ujung bibirmu. Ya, di ujung bibirmu yang manis itu.

Happy Ramadhan

Friday, September 21, 2007


Meskipun terlambat, saya tetap ingin mengucapkan

Selamat Menunaikan Ibadah Puasa Ramadhan 1427 H. Semoga amal ibadah kita di terima olehNya. Amien.