<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d35515654\x26blogName\x3dSeruput\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://seruput.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://seruput.blogspot.com/\x26vt\x3d-8552764801363357580', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>


Kebahagiaan Yang Tertunda


Pada tanggal enam februari yang lalu, ada jamaah yang tertunda keberangkatannya. Jumlahnya 34 jamaah. Masalahnya adalah karena visa tidak terbit. System down. Kita tidak bisa berbuat apa-apa kecuali waiting & see. Jamaah sudah panik. Apalagi di hari itu ada jamaah travel lain yang berangkat. Tapi ada juga yang senasib. Bahkan jumlahnya lebih banyak.

Kepanikan itu harus segera diredam. Kita harus segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan. Akhirnya pimpinan segera menuju Bandara, menyewakan kamar di Hotel sekitar Bandara. Dan selanjutnya, saya ditugaskan untuk memberikan penjelasan dan mengisi hati mereka yang sedang bimbang.

Maka di hotel tersebut, saya mengajak jamaah untuk shalat berjamaah di mushalla. Setelah shalat saya pun meminta untuk berkumpul.

Menghadapi Manusia itu butuh skill khusus. Harus memahami berbagai macam karakter. Satu persatu harus dianalisa. Need & want-nya harus ketemu dulu. Maka dalam hal ini saya harus banyak mendengar. Mendengar keluh kesah mereka satu persatu.

Setelah satu persatu menyampaikan menyampaikan aspirasinya, saya pun mulai bicara.
“Bapak/Ibu calon tamu Allah. Pertama, atas nama perusahaan saya ingin menyampaikan permohonan maaf atas tertundanya keberangkatan Bapak/Ibu. Percayalah, dibalik peristiwa ini pasti banyak hikmah yang bisa kita petik.”

Jamaah khusyuk mendengarkan. Saya pun melanjutkan dengan sebuah ayat dalam al-quran yaitu,

وَعَسَىٰ أَن تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَن تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui (QS Al-Baqarah 216)

Bahwa semua yang terjadi ini adalah sesuatu yang memang harus terjadi, paling tidak untuk menguji kita. Sabarkah kita? Ikhlaskah kita? Ridhokah kita? Dengan ketentuan yang Allah berikan kepada kita. Mau sedih atau biasa saja, Mau stres atau enjoy, mau marah atau bersabar, itu adalah pilihan sikap kita masing-masing. Yang perlu dicatat adalah apapun sikap kita, tidak akan merubah kondisi.”
Jamaah masih terdiam. Menyimak dengan seksama. Saya lihat bapak yang semula wajahnya terlihat tegang, mulai menampakkan wajah yang bersahabat. Melihat hal ini, saya pun tidak menyia-nyiakan. Langsung memberikan selingan joke untuk menyegarkan suasana. Barulah saya masuk ke permasalahan inti. Yaitu mulai dengan menjelaskan bahwa kita tidak akan lari dari tanggung jawab. Kalaupun kita mau lari, sebenarnya dari awal kami tidak perlu hadir ke bandara. Apalagi sampai menyiapkan akomodasi.

Dalam pertemuan itu saya jelaskan, bahwa hotel ini kita sewa satu hari. Kemudian menawarkan untuk yang dari daerah tetap di hotel dan jamaah asal Jabodetabek kembali ke rumah masing-masing dan menunggu jadwal sampai terbit visa.

“Wah, kalau kita harus pulang, malu, Ustadz. Kita sudah pamitan sama keluarga dan tetangga,” salah satu jamaah menyela.

“Owh, begitu. Terus maunya bagaimana?”

“Kami menginap saja di sini sampai ada kejelasan kapan kita diberangkatkan,’’

Kalimat itu langsung saya jawab dengan senyuman.
“Baiklah, saya anggap itu sebagai usulan. Ada yang lain?”

Beberapa jamaah yang asal jabodetabek menyampaikan aspirasinya. Di sela mereka menyampaikan aspirasi, saya mengirimkan pesan kepada pimpinan tentang aspirasi jamaah yang meminta tetap di hotel.

Setelah aspirasi terserap, saya pun menyampaikan beberapa hikmah.

Saya faham betul, bahwa perusahaan ini punya nilai budaya yang mungkin tidak dimiliki oleh perusahaan lain. Tidak bussiness oriented. Tapi ingin menjadi jembatan ummat menuju baitullah. Pergi dan pulang kembali dengan aman dan nyaman. Komitmen untuk selalu memberikan pelayanan terbaik. Sebagai pelayan tamu Allah yang mempunyai niat suci.

Di tengah-tengah saya berbicara, tiba-tiba ada telpon masuk dari pimpinan. Segera saya terima. Pimpinan mengabarkan bahwa tidak masalah dengan aspirasi jamaah tersebut. Alhamdulillah.
Setelah menutup telpon, langsung saya sampaikan kabar baik tersebut. Semua akomodasi dan konsumsi akan ditanggung perusahaan. Semua langsung berucap, “Alhamdulillah.”

Di hari itu juga saya langsung membuat program kegiatan. Shalat fardhu wajib berjamaah, Shalat tahajjud, membaca al’quran, dll.

Satu hal yang kami minta kepada Bapak/Ibu sekalian, tolong selipkan dalam doa Bapak/Ibu untuk kebaikan, rizqi yang luas dan manfaat untuk kami.

“Siap, Ustadz!” Suara ibu-ibu dengan lantang. “Saya sudah tiga kali umroh, yang membimbing antum terus. Dan lancar. Baru kali ini bukan antum, malah begini. Hehehe.”

“Wah, bukan itu masalahnya, Bu. Berprasangka baik saja terus kepadaNya. Semuanya sudah terjadi. Mulai sekarang, jadikan hotel ini sebagai madrasah. Tempat belajar. Sebagai Pesantren. Bagaimana? Siap ?”    

 “Siap!!” semua menjawab dengan kompak.

Pertemuanpun akhirnya saya tutup. Dan sejak itu, kegiatan di hotel itu benar-benar seperti didalam pesantren. Pesantren orang dewasa. Hehehe. Dari 34 jamaah, mungkin hanya sepuluh orang yang berusia di bawah 40 tahun. Dan saya pun menikmati peran. Sebagai pendamping. Atau malah pengasuh. Hehehe….

Dan pesantren itu terlaksana selama enam hari. Pada tanggal dua belas Februari mereka kami berangkatkan. Pulang kembali ke tanah air tanggal duapuluh tiga.

Saya yakin, bahwa setiap kesulitan pasti ada solusi. Inna ma’al usri, yusro.

Dan kami pun senang, karena mereka tersenyum bahagia bisa menunaikan ibadah dengan lancar. Testimoni dalam grup WA yang mereka sampaikan semuanya sangat puas. 

Alhamdulillah. Walhamdulillah. Tsummal hamdulillah

« Home | Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »