<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d35515654\x26blogName\x3dSeruput\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://seruput.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://seruput.blogspot.com/\x26vt\x3d-8552764801363357580', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>


Bikin Puisi

Tanggal 3 juli kemarin, seorang sahabat menjalani sunnha rasul yang katanya adalah setengah dari bagian agama. Ya, temanku telah melangsungkan pernikahannya. Lalu iseng-iseng aku bikin-bikin puisi. coba saja dibaca. Selamat menikmati.

Banjir Senja
“Kairo banjir senja,” katamu
Aku nyengir tak terkira mendengar teriakanmu
Lalu kau menunjukkan aku dengan matamu
“Senja itu yang melekat di hatiku”

Kuperhatikan, senja itu redup
Aku tak bisa melihat wajahnya yang [mungkin] ayu
Aku hanya bisa melihat cahaya matanya yang semu
Kemudian kau mulai membaca puisi kekecewaanmu

O, wahai senja yang semu
Ternyata kau bukan milikku
Kau lebih memilih waktu,
Bukan aku

Lalu aku mencoba menghiburmu
Mengajakmu minum susu
Di tepi kali waktu
Sambil menatap senja berwarna ungu
Matamu bersinar seperti lampu
Kau bilang aku buta warna, katamu
Senja itu berwarna jingga, bukan ungu
“ini dia senjaku,” lirihmu


Perempuan Senja
Senja itu
Kita makan bertiga bersama seorang kawan
Lalu ketika datang seorang perempuan
Kau lekas-lekas menyerah
Padahal biasanya, kau rakus tak karuan
Kutanya,”sudah kenyang, Kawan?”
“Ada senja yang lebih mengenyangkan,” jawabmu spontan


Senjamu Terlalu Gemuk
Senjamu itu terlalu gemuk
Apa kau tidak takut
kalau tak ada tempat untuk-Nya di rumahmu


Terlena
Kau asyik sekali bermain-main dengan senja
Hingga lupa waktu untuk memuja
« Home | Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »