<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d35515654\x26blogName\x3dSeruput\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://seruput.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://seruput.blogspot.com/\x26vt\x3d-8552764801363357580', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>


Cappe Deh...

Sori, bukan mau sok-sokan. Emang saat ini, banyak kejadian yang membuat kita harus berpikir keras. Lebih keras. Lebih Keras lagi, yang ujung-ujungnya, kita ngucapin "Cappe deh..."

Gimana enggak, coba bayangkan![tunggu ya, aku mo oo' dulu, nunggu kalian bayangin dulu] harga BBM melambung tinggi dan angin-anginan di puncak kejayaannya. Karena semuanya butuh minyak, bensin, solar, atau bahasa kerennya bahan bakar, maka secara otomatis barang-barang yang lain ikut merasa harus mbuntut di belakangnya. Akhirnya, dengan sendirinya, harga-harga ikut melambung tinggi.

Nah, fenomenanya, kalau BBM naik, yang lebih terasa terlebih dahulu, adalah keikutsertaan naiknya harga bahan-bahan pokok, atau yang biasa disebut oleh kebanyakan orang sebagai SEMBAKO [bacanya; Sembilan Bahan Pokok]. Nah lagi, kalau sudah urusan SEMBAKO, yang merasakan dampaknya adalah para ibu-ibu rumah tangga dan janda-janda yang hidup sendirian. Mereka harus memutar otak lebih kenceng lagi agar budget keuangan mereka bisa memenuhi anggaran rumah tangga. Mungkin karena saking nggak sanggupnya, para ibu-ibu ini kemudian saling membisiki tetangganya, teman-teman ngerumpinya, kawan-kawan arisannya, juga sahabat-sahabat PKK-nya, dan juga [mungkin] partner maen golfnya, untuk berunjuk rasa. Lalu menentukan hari yang sudah disepakati. Pada hari H, semua ibu-ibu turun ke jalan, meluber, dan meneriakkan tuntutan-tuntutannya dengan gaya khas ibu-ibu. Bisa sambil menggendong bayi, menggendong jamu, atau malahan menggendong suaminya [kuat ga ya?]. Yah, namanya juga ibu-ibu kalau sudah beraksi, pasti dari yang lain. Kan kita semua tahu, yang berunjuk rasa bukan hanya ibu-ibu, ada mahasiswa, ada bapak-bapak, ada sopir-sopir dan lain-lainnya. Tapi, kalau yang berunjuk rasa adalah ibu-ibu kenapa kok jadi menarik ya? Mungkin karena jarang sekali kita menemukan ibu-ibu yang rela mengorbankan waktu nonton sinetronnya, waktu memasaknya, waktu arisannya, kegiatan pengajiannya, arisannya, dan berbagai pekerjaan rumah tangganya dengan kegiatan yang menarik perhatian orang banyak. Misalnya, nari di depan umum, atau unjuk rasa seperti yang terjadi hari minggu (25/5) kemarin ini. Lucu memang. Tapi...tapi...tapi...luput dari semua itu, pemerintah kita lebih lucu lho. Hehehe

Yah, mo gimana lagi. Harga minyak Dunia melangit, pantesan kalau BBM melejit, sehingga menyebabkan rakyat menjerit.

Huh...Cappe deh...
« Home | Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »