Aku Pasti Kembali
Sama dengan hari-hari sebelumnya. Aku masih belum mampu menjadi diriku yang utuh. aku masih harus patuh pada peraturan, aku masih harus menuruti permintaan orang tua, aku masih harus membahagiakan keluarga. Karena itulah sebenarnya gunanya aku hidup di dunia.
Sebab itulah aku hidup. Hidup itu tidak lain adalah untuk membahagiakan orang lain. Namun, tiba-tiba saja aku sadar, bahwa ternyata hidup itu adalah untuk beribadah. Ya, bukan berarti beribadah harus diam di masjid terus, atau berdiam diri di rumah dengan terus-terusan berdzikir tanpa keluar rumah. Karena ibadah, bukan hanya di masjid atau di rumah. Beribadah, bisa di sungai, di hutan, di jalan raya, di gedung mewah, di gubuk reot, di tempat kumuh, bahkan di tempat pelacuran juga bisa melakukan ibadah.
Sampai saat ini, aku sendiri belum tahu, apa aku sudah benar-benar menjadi orang yang telah berhasil membahagiakan orang lain? atau malah sebaliknya, membuat banyak orang kecewa, benci, dan menimbulkan permusuhan?
Sumpah, ketika aku menulis ini, aku jadi kangen sama keluargaku. Dan kudengar Dian menangis di telpon.
Aku janji, aku pasti kembali kok!!
Cak Naphei', jika kamu mengatakan aku ingin membahagiakan orang tua itu sudah menjadi garis hidup seorang anak untuk membalas jasa2 orang tuanya.
Aku, kamu, mereka, dan semuanya memang sudah dituntut terlebih dahulu untuk membahagiakan ortu, setelah itu baru terserah kita.
Namun, ketika ku mencermati makna yang terkandung dalam tulisanmu itu, bahwasanya; "hidup tak lain adalah untuk membahagiakan orang lain", itu salah...
Kenapa aku mengatakan begitu, karena kita hidup bukan cuman untuk orang lain, akan tetapi eksistensinya kita hidup untuk diri sendiri. Terbukti, sudah banyak realita yang berkata; manusia hidup hanya mencari kemenangan tanpa mau menerima kekalahan.
Apa hubungannya aku berkata demikian, sangat berhubungan sekali. coba deh renungkan sendiri, jangan cuman tidur...hihihihi
Dan satu lagi yang membuat aku bingung, ketika kamu bertanya,"apakah aku sudah membahagiakan orang lain, atau malah sebaliknya?" seperti itu khan!
Menurutku, itu adalah pertanyaan yang sangat bodoh.
Kenapa? karena mana mungkin orang lain bisa tahu tindakan kita sudah membuatnya bahagia, jika kita sendiri masih belum bisa merasakan kebahagian itu. Simplenya, kita tidak tahu apa-apa terhadap apa yang kita perbuat.
Nah, dari sinilah menurut mbah Sutardji, hehehehe. Beliau berkata:"anak-anakku sekalian... Jika kalian mau membahagiakan orang lain, maka terlebih dahulu bahagiakan diri kamu. Ngerti...?" Katanya pada semua murid2nya.
Eh Phie', sorry nih numpang postcomment. Abisnya gak ada kerja'an sih, mau nonton BOKEP file kamu lagi error. Ya udah terpaksa aku corat-coret aja blog kamu ini, sebagai tanda kekesalanku karena DOLFALDONG-nya gak ada. kekekekekek....:))
"Salam Bokep 2007 Yach!!!"
Wed Dec 27, 10:56:00 PM
so nice friend!
mari kita jadikan semua tempat yang kita lalaui menjadi tempat beribadah yang asik. hehehe...
tapi pren, sapa yang dikau maksud dengan dian disitu?
» Post a Comment