<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d35515654\x26blogName\x3dSeruput\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://seruput.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://seruput.blogspot.com/\x26vt\x3d-8552764801363357580', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe", messageHandlersFilter: gapi.iframes.CROSS_ORIGIN_IFRAMES_FILTER, messageHandlers: { 'blogger-ping': function() {} } }); } }); </script>


Memaafkan

Pujilah Tuhanmu yang juga Tuhanku. Hanya Dia-lah yang pantas kau puji. Bukan aku.

Aku tidak bisa menemukan bahasa yang lebih halus dari kata kurang ajar atas pujianmu di sore itu. Aku tidak pantas mendapatkan pujian darimu. Yang pantas bagiku adalah sumpah serapah menjijikkan. Bukan karena apa, karena aku memang tidak pantas mendapatkan pujian. Apalagi pujian itu berasal dari lidahmu yang seharum surga itu. Aku peringatkan kepadamu "Jangan kotori lidahmu dengan memujiku".

Tapi aku sadar, mana bisa gadis sekalem dirimu menyumpah serapah. Kau yang selalu menghiasi bibirmu dengan al-qur'an dan hadits itu, hanya bisa mengucapkan kata-kata yang turun dari langit dan kalimat-kalimat beraroma surga.

Lalu, pada kesempatan yang sangat sempit ini, aku ingin mengakui bahwa aku memang picik dan licik. Aku terlalu gegabah menilaimu. Aku minta maaf.

Kau tidak perlu menghiraukan permintaan maafku. Itu hanya basa-basi bibirku saja. Dan kau menolak. Lalu kau sampaikan alasanmu memaafkanku "Kalau aku tidak memaafkanmu, berarti aku lebih besar dari Tuhanku yang juga Tuhanmu itu,"

Akhirnya. Aku mengaku kalah. Bukan menyerah.

Besok, kita mulai lagi sesuatu yang baru. Serius.
« Home | Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »