Kairo; Tahun 2007
Kairo 2007
Pedih mataku menyaksikan sejarah
Bising telingaku mendengar fitnah
Nyinyir hidungku mencium aroma darah
Kairo 2007
Seperti neraka dunia yang tak ingin pernah aku rasai
Seperti masa-masa kebodohan yang tak ingin pernah aku jalani
Seperti musibah yang tak ingin pernah aku alami
Kairo 2007
Peristiwa demi peristiwa terjadi
Kekerasan demi kekerasan merajai
Dan perang dingin menghantui
Kairo 2007
Kulihat lagi kepongahan penguasa
Kulihat sindikat berusaha
Mencari celah untuk leluasa
Kairo 2007
Masa munculnya pahlawan-pahlawan tanpa kuasa
Yang tertampar meja-meja penguasa
Dan tertawan oleh birokrasi yang ‘besok lusa’
Kairo 2007
Lima ribuan mahasiswa dibuat resah
Menanggung cinta yang tak basah
Dan mereka tertekan oleh pasrah
Lalu ke mana cinta yang kita agung-agungkan itu
Lalu ke mana lagu-lagu perdamaian yang kita dendang-dendangkan itu
Lalu ke mana doa-doa persatuan yang kita seru-serukan itu
Atau mungkin kita telah melupakannya
Mengenangnya sebagai sejarah yang maya
Dan kemudian kita sepakati untuk melupakannya
Kalau begitu, kita resmikan saja
Bahwa cinta harus dibalas dengan cinta
Bahwa kebaikan harus dibalas dengan kebaikan dan,
Kekerasan harus dibalas dengan kekerasan
Benarkah harus begitu?
*dibacakan dalam temu penyair Masisir*
Pedih mataku menyaksikan sejarah
Bising telingaku mendengar fitnah
Nyinyir hidungku mencium aroma darah
Kairo 2007
Seperti neraka dunia yang tak ingin pernah aku rasai
Seperti masa-masa kebodohan yang tak ingin pernah aku jalani
Seperti musibah yang tak ingin pernah aku alami
Kairo 2007
Peristiwa demi peristiwa terjadi
Kekerasan demi kekerasan merajai
Dan perang dingin menghantui
Kairo 2007
Kulihat lagi kepongahan penguasa
Kulihat sindikat berusaha
Mencari celah untuk leluasa
Kairo 2007
Masa munculnya pahlawan-pahlawan tanpa kuasa
Yang tertampar meja-meja penguasa
Dan tertawan oleh birokrasi yang ‘besok lusa’
Kairo 2007
Lima ribuan mahasiswa dibuat resah
Menanggung cinta yang tak basah
Dan mereka tertekan oleh pasrah
Lalu ke mana cinta yang kita agung-agungkan itu
Lalu ke mana lagu-lagu perdamaian yang kita dendang-dendangkan itu
Lalu ke mana doa-doa persatuan yang kita seru-serukan itu
Atau mungkin kita telah melupakannya
Mengenangnya sebagai sejarah yang maya
Dan kemudian kita sepakati untuk melupakannya
Kalau begitu, kita resmikan saja
Bahwa cinta harus dibalas dengan cinta
Bahwa kebaikan harus dibalas dengan kebaikan dan,
Kekerasan harus dibalas dengan kekerasan
Benarkah harus begitu?
*dibacakan dalam temu penyair Masisir*