Ketidak-Beresan KBRI Kairo
Rasanya baru kemarin ayahku memberikan ceramah, rasanya baru kemarin beliau menasehatiku, bahwa sebenarnya hidup ini adalah sebuah sandiwara. Ya, hidup yang kita jalani ini adalah sandiwara. Kesalahan-kesalahan yang kita perbuat, amal-amal yang kita kumpulkan, dan ibadah-ibadah yang kita kerjakan adalah adegan-adegan dalam sandiwara itu sendiri.
Mungkin kita sengaja, atau bahkan tidak sengaja bertindak, berkata, dan semacamnya. Tapi karena tindakan-tindakan itulah, sandiwara yang maha alami ini menjadi alami se-alami-alaminya. Dan kemudian kita lupa atau bahkan melupakan, bahwa yang kita jalani ini adalah sandiwara. Dan kita buat rencana-rencana panjang. Lalu rencana-rencana itu kemudian kita susun dan kita sematkan dalam catatan-catatan ringan yang selanjutnya kita sebut sebagai skenario.
Setelah itu apa? Penghianatan. Ya, penghianatan terhadap kesepakatan untuk membuat sejarah yang lurus, penghianatan terhadap cinta, penghianatan terhadap rumus-rumus yang telah dispakati. Kemudian ketika ditanya "Kenapa ini bisa begini?", mereka akan menjawab dengan begitu ringannya. Seringan kapas, atau ada benda yang lebih ringan dari kapas.
"Karena kita terdesak."
"Karena tidak punya payung hukum."
"Karena bukan wewenang."
Lalu KBRI yang kita cintai itu, KBRI yang lembaga pemerintah itu tidak bisa melindungi rakyatnya. Lho kok bisa.
Sebenarnya saya sendiri itu malu. Lha buat apa permasalahan rumah tangga harus dibawa-bawa keluar. Bukannya itu malah membongkar aib sendiri.
"Maksudnya?"
Halah, hal yang mereka anggap permasalahan sepele itu, ternyata dilaporkan juga kepada amn daulah -state security- Mesir. Lalu apa kata mereka.
"Pemerintah kalian lemah sekali"
"Pemerintah kalian kok seperti itu ya"
"Pemerintah kalian......"
Huh, untungnya mereka tidak menyebutkan "Pemerintah kalian bodoh sekali" atau "Pemerintah kalian tai kucing". Sedikit, tapi nyelekit. Walaupun mereka mengatakatan demikian, saya tidak akan marah. Karena saya sendiri yakin bahwa di tubuh KBRI ada sesuatu yang tidak beres dan perlu dibereskan. Ada yang sesuatu yang tersembunyi dan pelu dibongkar. Maukah mereka berterus terang? Saya sendiri ragu.
Mungkin kita sengaja, atau bahkan tidak sengaja bertindak, berkata, dan semacamnya. Tapi karena tindakan-tindakan itulah, sandiwara yang maha alami ini menjadi alami se-alami-alaminya. Dan kemudian kita lupa atau bahkan melupakan, bahwa yang kita jalani ini adalah sandiwara. Dan kita buat rencana-rencana panjang. Lalu rencana-rencana itu kemudian kita susun dan kita sematkan dalam catatan-catatan ringan yang selanjutnya kita sebut sebagai skenario.
Setelah itu apa? Penghianatan. Ya, penghianatan terhadap kesepakatan untuk membuat sejarah yang lurus, penghianatan terhadap cinta, penghianatan terhadap rumus-rumus yang telah dispakati. Kemudian ketika ditanya "Kenapa ini bisa begini?", mereka akan menjawab dengan begitu ringannya. Seringan kapas, atau ada benda yang lebih ringan dari kapas.
"Karena kita terdesak."
"Karena tidak punya payung hukum."
"Karena bukan wewenang."
Lalu KBRI yang kita cintai itu, KBRI yang lembaga pemerintah itu tidak bisa melindungi rakyatnya. Lho kok bisa.
Sebenarnya saya sendiri itu malu. Lha buat apa permasalahan rumah tangga harus dibawa-bawa keluar. Bukannya itu malah membongkar aib sendiri.
"Maksudnya?"
Halah, hal yang mereka anggap permasalahan sepele itu, ternyata dilaporkan juga kepada amn daulah -state security- Mesir. Lalu apa kata mereka.
"Pemerintah kalian lemah sekali"
"Pemerintah kalian kok seperti itu ya"
"Pemerintah kalian......"
Huh, untungnya mereka tidak menyebutkan "Pemerintah kalian bodoh sekali" atau "Pemerintah kalian tai kucing". Sedikit, tapi nyelekit. Walaupun mereka mengatakatan demikian, saya tidak akan marah. Karena saya sendiri yakin bahwa di tubuh KBRI ada sesuatu yang tidak beres dan perlu dibereskan. Ada yang sesuatu yang tersembunyi dan pelu dibongkar. Maukah mereka berterus terang? Saya sendiri ragu.