<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d35515654\x26blogName\x3dSeruput\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://seruput.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://seruput.blogspot.com/\x26vt\x3d-8552764801363357580', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe", messageHandlersFilter: gapi.iframes.CROSS_ORIGIN_IFRAMES_FILTER, messageHandlers: { 'blogger-ping': function() {} } }); } }); </script>


Tobat

Seminggu yang lalu adekku menelpon. Ia mengabarkan bahwa ibu tak sadarkan diri selama dua hari, bapak suka marah-marah, dan keadaan rumah katanya sudah seperti neraka saja. Ia ingin lari dari rumah. Sampai pada percakapan;

"Kak, Kakak pernah tidur sama orang sunda ya?"
Mendengar pertanyaan itu, awalnya aku adem ayem saja. masih belum nyambung.
"Maksudnya?" aku mencoba untuk mencari tahu.
"Soalnya, kemarin ada orang sunda, katanya sih orang Bandung, datang ke rumah. Dia diantar oleh kedua orang tuanya," adekku mencoba menjelaskan.
Jantungku berdebar kencang. menunggu informasi yang akan disampaikan selanjutnya. Aku hanya bisa menduga "Mungkinkah gadis yang itu?".
"Terus..'" aku mencoba untuk tenang.
"Nah, gadis itu membawa seorang bayi. Dia bilang bayi itu adalah bayi Kakak,"
Deg. Serasa jantung ini berhenti berdetak. Aku sulit bernafas. Badanku lemas. Dan pikiranku kemudian berlari ke masa itu. Masa dimana aku pertama kali bertemu dengannya. Juga masa pertama kalinya aku bermain cinta, bercumbu, dan bermesraan dengan gadis itu. Masa yang berakhir dengan peluk, cium, dan mandi keringat.
"Ah, mana mungkin itu anakku," aku menyangkal, tidak percaya.
"Iya, ibu, bapak, dan aku juga awalnya tidak percaya. Tapi dia juga membawa foto kakak. Dan ketika melihat foto itu ibu langsung pingsan, bapak marah-marah. Katanya mau membunuh kakak," adekku menjelaskan panjang lebar.
Aku hanya bisa terdiam. Aku tidak mampu menjawab. Tanpa aku sadari, Hp yang berada di tanganku tiba-tiba saja jatuh ke lantai. Dan aku tidak ingat lagi.

***

Menjadi bapak itu tidak mudah. Apalagi menjadi bapak bagi bayi yang tidak diinginkan kehadirannya. Anak yang dikatai orang anak haram. Ya, anak yang kukira hasil berkelon dengan seorang gadis sunda asal Bandung itu. Aku tidak akan mengulangi lagi perbuatan merugikan itu. Oh, mungkin ini adalah kehendaknya.

Aku sebenarnya sangat tidak setuju kalau anak yang baru lahir itu dikatai anak haram. Karena sejatinya, manusia lahir ke dunia adalah dalam keadaan fitrah. Dan aku harus rela merawat lelaki kecil yang ternyata bukan anak kandungku itu. Sedang ibunya, entah ke mana. Gadis yang telah menyebarkan aibku itu. Yang membuat semua orang membenciku. Ah, biarkan saja. Salahku, melakukan sesuatu yang dilarang. Difitnahpun, aku harus rela mengaku. Bodohnya aku.

Tuhan, aku tobat.

(terinspirasi dari cerita seorang sahabat)
« Home | Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »