<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d35515654\x26blogName\x3dSeruput\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://seruput.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://seruput.blogspot.com/\x26vt\x3d-8552764801363357580', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>


Nasehat

"Kamu harus hidup, dan terus hidup, walaupun itu bukan untuk dirimu!!!"

Nasehat ini telah diucapkan oleh seorang perempuan puluhan tahun yang lalu. Oleh perempuan yang baru dua tahun lalu meninggal dunia itu. Ya, di usianya yang ke 98, perempuan itu memejamkan mata untuk selamanya. Sebuah kematian yang wajar dan memang pantas. Nasehat itu diperuntukkan kepada anaknya yang bapakku. Ya, bapakku yang baik dan istimewa itu. Mungkin karena bapak menganggap nasehat itulah yang membuatnya selalu bangun dan bangkit, kemudian nasehat itu diteruskan kepadaku, pamanku, teman-teman dekatnya, para tetangga, juga kepada orang-orang yang datang kepadanya.

Dulu, aku kira bapakku ini lulusan universitas ternama, aku kira bapak ini lulusan perguruan tinggi yang bonafit. Tapi tidak, bapakku hanya orang biasa. Orang yang tidak lulus SR (sekolah Rakyat). Namun, segala perangai dan perilakunya sungguh luar biasa. Orang-orang merasa sungkan dengannya, walau orang yang bergelar doktor sekalipun. Aku tidak ingin membesar-besarkan bapakku. Aku sendiri sering bertengkar, sering beradu mulut, dan sering membencinya. Ya, ketika semuanya masih 'gelap.' Tapi sekarang, aku merasakan tenaganya. Semangatnya. Aku bangga punya bapak sepertinya.

Sayangnya, waktu itu aku masih terlalu belia. Masih bau kencur, begitu para tetangga menyebutku, untuk menerima nasehat itu. Tapi, di saat para tetangga bas..bis..bus.. mengatakan bahwa aku masih bau kencur, bapak sudah lebih dulu menganggapku sebagai orang yang layak untuk mendengarkan nasehat itu. Sungguh, karena sikap itulah aku mulai berpikir. Bahwa begitu berharganya; begitu hebatnya; begitu dahsyatnya; begitu perkasanya nilai dari sebuah penghargaan orang tua kepada anaknya. Jujur, sejak hari itu aku berusaha untuk menjadi orang yang bertanggung jawab. Kepercayaan yang diberikan oleh bapak merupakan sebuah tenaga baru, spirit moral, sebuah semangat yang membangkitkan selera untuk terus berdiri menantang 'pekok'-nya kehidupan. Dan dengan nasehat itu, aku seperti punya ribuan nyawa. Dan tak takut dengan yang namanya kematian.


Hingga hari ini, aku membaca sebuah postingan seorang sahabat yang kupanggil dia dengan sebutan Han. Dalam postingannya, ia mengatakan:
"begitu tak bermanfaatnya segala perjuangan itu dimata kematian. kita tak bisa apa-apa di hadapannya."
Sebenarnya aku sangat kecewa dengan kata-kata ini. Aku adalah orang yang akan mengangkat jari pertama kali untuk mengatakan tidak setuju pada kalimat ini. Bagiku, perjuangan selalu bermanfaat, bahkan di mata kematian sekalipun. Ah, tapi aku kan harus selalu berpikir positif. Dan saya yakin,tujuan sahabat saya ini baik. Karena pada dasarnya ia adalah orang baik. Dan tentu saja orang yang baik akan disayang Tuhan. Dan kalau Tuhan sudah sayang, Dia tidak akan pernah keberatan untuk memasukkannya ke dalam Surga-Nya. Amin.
« Home | Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »