<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d35515654\x26blogName\x3dSeruput\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://seruput.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://seruput.blogspot.com/\x26vt\x3d-8552764801363357580', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>


Puisi Sunyi

Saturday, March 31, 2012

Sunyi


Tak ada suara
Tak ada irama
Tak ada gaduh

Petak ini telah selesai dari ramai
bahkan bisikmu akan terdengar renai

sebentar saja hening
lalu angin datang membawa khabar
semalam ada yang menangis di tengah makam ini



Selesai

semua malam yang terkenang
bersama dengan rencana-rencana
telah kukubur di kantong celana



Sekerat Roti Menuju Mati

Setelah memakan sekerat roti
aku merasa, Ini malam semakin dingin
tubuhku makin menggigil
degup jantung yang tak rapi
sengsarakan badan dan debar hati
Wahai Engkau yang Tak pernah Mati
inikah jalan menuju mati?




Gadis itu Telah Pergi

di tengah makam yang tak tenang
berselimut embun dan air mata
seorang lelaki menangis sejadi-jadinya
ia mengiba pada alam
dan berharap pada Tuhan

Dalam kabut hati yang galau
jiwanya berdzikir rindu
lisannya berlirih kelu
otaknya berpikir lugu

orang-orang bertanya
ada apa gerangan?

sementara di tempat yang lain
seorang perempuan bergaun merah
dengan bebungaan yang menghiasinya
tersenyum sambil menggandeng lelaki

melangkah penuh percaya diri
menyambut hidupnya yang baru berdiri

Tasawuf Kaum Hawa

Wednesday, March 28, 2012

Seringkali telinga kita hanya mendengar Rabi’ah dan Sya’wanah dalam dunia sufi. Ya, mereka adalah tokoh sufi perempuan yang paling banyak diperbincangkan. Apakah ini karena kaum sufi perempuan sangat sedikit? Tentu saja tidak. Perempuan memiliki potensi yang sama dengan laki-laki dalam menerjuni wilayah penempatan spiritual. Bahkan, boleh jadi kaum hawa memiliki kesempatan yang lebih besar, karena berada dalam ruang interaksi sosial yang terbatas.

Dalam Islam, perempuan lebih jarang menghuni wilayah publik. Hal itu merupakan salah satu bagian terpenting dari kemuliaan ajaran hijab yang dibawa Rasulullah. Keterbatasan ruang ini menempatkan mereka dalam ranah Uzlah dengan tanpa sengaja. Mereka tak banyak terikat dengan interaksi sosial yang memecah konsentrasi kepada Sang Pencipta.

Boleh jadi, karena inilah sejarah agak sulit untuk mendapatkan data-data mereka. Data-data kehidupan seorang muslimah zuhud yang lebih sering berputar di dalam pagar rumahnya sendiri. Sehingga, pintu akses untuk penelitian sejarah sangat terbatas, tidak terbuka seperti tokoh-tokoh dari kalangan laki-laki.

Secara naluriah, perempuan sebenarnya sangat mudah menerima ajaran-ajaran sufi. Perempuan lebih mudah dikuasai perasaan, dan itu merupakan bekal istimewa untuk memasuki dunia sufi yang oleh banyak kalangan disebut sebagai dunia perasaan (dzauqiyyat).

Jadi, jangan heran jika ternyata perempuan-perempuan yang ada di sekitar kita itu termasuk dari kaum sufi. Ya, atau bahkan ia berada sangat dekat dengan kita.