DPR Kisruh Adekku Terbahak-Bahak
Hari selasa(2/3), pagi-pagi sekali adekku udah rewel. Tapi, untungnya, yang repot bukan aku. Ada adekku yang dengan setia menjaga adekku juga. (Yang ngga ngerti, ngga usah protes. Adekku itu ada banyak. Alhamdulillah. Ngerti kan?)
Nah, agak siang sedikit kami bersama-sama makan rujak. Di sela-sela makan rujak itulah aku iseng mengganti chanel televisi ke TV kesayangan; TV ONE. Ternyata di chanel itu sedang menayangkan sidang paripurna yang akan membahas tentang kasus bank century yang entah siapa yang harus ditindak tegas. Sebenarnya yang akan dibahas adalah tentang laporan Pansus Century yang sudah 2-3 bulan berusaha keras membongkar dalang dari musibah century.
Di layar kaca dibagi dua bagian. Satu bagian menyoroti para pendemo yang berunjuk rasa melawan aparat kepolisian dengan melempar benda-benda yang ada di lokasi. Batu, kayu, bambu, kawat, bata, bahkan ada pembatas jalan yang dirusak untuk bisa dipakai sebagai alat untuk melempari aparat kepolisian. Untuk menenangkan massa, aparat kepolisian mengguyur para pendemo dengan air.
Tapi, yang menarik bukan situasi di luar gedung, melainkan suasana di gedung DPR/MPR yang sejuk nan nyaman. Di dalam gedung yang megah itu, para wakil-wakil dari jutaan rakyat Indonesia melakukan dagelan humor ala srimulat, lawakan ala Kirun CS, yang lebih parah lagi, tuan-tuan berdasi yang terhormat itu, juga bisa melakukan tindakan-tindakan ala preman kampung, atau preman terminal-lah. Hehehe. Mereka saling teriak, saling umpat, ada yang sepatunya naik ke atas meja. Aku juga bingung, mau dibilang lucu ya tidak lucu, mau dibilang aneh, ya lumayan, mau dibilang....ah, gitu aja kok repot (maaf, Gus [baca:Gus Dur], istilah sampeyan saya pake). Terserahlah, mereka mau apa. Aku gak melok-melok.
Menonton kejadian-kejadian yang ditayangkan di televisi itu, aku mengurut dada. Serasa menonton bocah-bocah TK yang berebut mainan dengan kawan-kawannya. Yang lebih sedih lagi (aku malu mau menyebutnya “lucu”, takut entar masuk ranah hukum. Hehehe. Kan biasanya begitu, yang lucu-lucu jadi serius, yang serius-serius jadi lucu. xD), adekku yang ngga ngerti apa-apa itu (ya iyalah...orang baru dua tahun...Biasanya sih kerjaannya menangis dan mengaduh...) hari itu menampakkan giginya yang tidak rata (maklum, bukan dia yang makan coklat, tapi coklat yang makan giginya. Heheheheheeheheh :-p) Alias tertawa hebat. Wakakakaakakakaka. Tapi, kawan-kawanku di aquarium tetap tenang dengan wajah innocent-nya. Bibirku merah karena pedas sambal. Adekku melanjutkan tertawanya. Yang laen geleng-geleng kepala.
Nah, agak siang sedikit kami bersama-sama makan rujak. Di sela-sela makan rujak itulah aku iseng mengganti chanel televisi ke TV kesayangan; TV ONE. Ternyata di chanel itu sedang menayangkan sidang paripurna yang akan membahas tentang kasus bank century yang entah siapa yang harus ditindak tegas. Sebenarnya yang akan dibahas adalah tentang laporan Pansus Century yang sudah 2-3 bulan berusaha keras membongkar dalang dari musibah century.
Di layar kaca dibagi dua bagian. Satu bagian menyoroti para pendemo yang berunjuk rasa melawan aparat kepolisian dengan melempar benda-benda yang ada di lokasi. Batu, kayu, bambu, kawat, bata, bahkan ada pembatas jalan yang dirusak untuk bisa dipakai sebagai alat untuk melempari aparat kepolisian. Untuk menenangkan massa, aparat kepolisian mengguyur para pendemo dengan air.
Tapi, yang menarik bukan situasi di luar gedung, melainkan suasana di gedung DPR/MPR yang sejuk nan nyaman. Di dalam gedung yang megah itu, para wakil-wakil dari jutaan rakyat Indonesia melakukan dagelan humor ala srimulat, lawakan ala Kirun CS, yang lebih parah lagi, tuan-tuan berdasi yang terhormat itu, juga bisa melakukan tindakan-tindakan ala preman kampung, atau preman terminal-lah. Hehehe. Mereka saling teriak, saling umpat, ada yang sepatunya naik ke atas meja. Aku juga bingung, mau dibilang lucu ya tidak lucu, mau dibilang aneh, ya lumayan, mau dibilang....ah, gitu aja kok repot (maaf, Gus [baca:Gus Dur], istilah sampeyan saya pake). Terserahlah, mereka mau apa. Aku gak melok-melok.
Menonton kejadian-kejadian yang ditayangkan di televisi itu, aku mengurut dada. Serasa menonton bocah-bocah TK yang berebut mainan dengan kawan-kawannya. Yang lebih sedih lagi (aku malu mau menyebutnya “lucu”, takut entar masuk ranah hukum. Hehehe. Kan biasanya begitu, yang lucu-lucu jadi serius, yang serius-serius jadi lucu. xD), adekku yang ngga ngerti apa-apa itu (ya iyalah...orang baru dua tahun...Biasanya sih kerjaannya menangis dan mengaduh...) hari itu menampakkan giginya yang tidak rata (maklum, bukan dia yang makan coklat, tapi coklat yang makan giginya. Heheheheheeheheh :-p) Alias tertawa hebat. Wakakakaakakakaka. Tapi, kawan-kawanku di aquarium tetap tenang dengan wajah innocent-nya. Bibirku merah karena pedas sambal. Adekku melanjutkan tertawanya. Yang laen geleng-geleng kepala.