Hari Raya Idul Adha
Gelas berisi teh, cangkir dengan kopi di dalamnya, lepek'an, kripik iseng buatan sang profesor, rokok Dji Sam Soe, syisya rasa tuffah, dan suasana rumah yang lumayan rapi dari biasanya adalah gambaran suasana idul adha di dalam rumahku yang berada di bilangan Musallas, Hay-10, Nasr City, Cairo.
Sebenarnya biasa saja, namun jadi luar biasa karena aku kedatangan seorang tamu istimewa. Dan aku yakin, tamu agung ini telah banyak dikenal oleh kawan-kawan Masisir, warga lombok, para pembaca media massa di tanah air. Kalaupun tidak mengenal secara langsung, mungkin mengenalnya lewat karya-karyanya yang berebaran. Siapa lagi kalau bukan Leo Kelana alias Lukmanul Hakim. Sastrawan muda yang cukup aktif menelurkan karya. Beberapa kali memenangkan lomba karya tulis, bahkan pernah menjadi penulis karya sastra terbaik versi sebuah media mahasiswa di Kairo, TëROBOSAN.
Kedatangannya cukup mengejutkan, serasa gimana gitu. Masalahnya, ia adalah seorang mahasiswa yang cukup tinggi jam terbangnya. Super sibuk gitu loh. Hehehe. Salut. Karena orang sesibuk beliau, masih mau menyempatkan diri mampir ke gubuk kami (sengaja aku ubah menjadi kami, karena yang tinggal di rumah bukan hanya aku tapi bersama tiga sahabatku. Ups..tiga nakamaku). Ya, begitulah. Kehadirannya merupakan sebuah kehormatan bagiku khususnya, dan bagi kami pada umumnya (halah-halah...sok resmi).
Tanpa basa-basi, kami langsung menyantap opor yang sudah dibuat dengan susah payah semaleman. Hehehe. Wuih...enak banget.
Siang hari, aku berangkat bersama dengan dua nakama. Menikmati suasana idul adha di luar rumah. Jalanan lumayan ramai, walaupun tidak seramai biasanya. Soalnya hari raya idul adha adalah hari dimana penduduk Kairo pulang kampung. Jeprat-jepret sudut-sudut yang perlu didokumentasikan. Beberapa jepretan narsis, ada juga. Hehehe, soalnya keluarga di Indo minta dikirimin foto. Lumayan.
Malam hari, kami mendapatkan beberapa kilo daging kambing. Taratta...langsung nyate. Hehehe. Lebih asyiknya lagi, aku ga perlu ikut-ikutan motong, mbikin bumbu, atau bahasa gaulnya ikut meracik daging kambing itu menjadi beratus-ratus tusuk sate yang siap disantap. Hayyah, bahasa kerennya "tinggal makan" gitu loh. Halah-halah...gitu aja kok repot. Yang penting bisa nyantap sate. Itu intinya. Seep.
Hal pualing bikin mangkel, Mbah Nadhief akhirnya datang juga ke rumah kami. Mangkelnya bukan apa, tapi karena mampir hanya numpang nyisya aja. Tidak ikut menikmati sate racikan para koki handal. Asli, muangkel puol. Tapi, walaupun mangkel, bukan berarti aku tidak menyisakan rasa terima kasih atas kehadiran beliau. Aku faham, mungkin beliau mau ngisi ceramah untuk ibu-ibu KBRI di SIC (sekolah Indonesia Kairo), mengisi pengajian, janjian dengan seseorang di kafe dimana beliau suka bertapa, atau sibuk ngurusin muqorror-dikat-nya. Gak ngurus
Huh...pokoknya idul adha kali ini terasa nikmat. Rujak'an terpenuhi, bikin opor, nyate-nyate, plus jalan-jalan. Ssttt...sebenarnya, kenyataannya lebih nikmat daripada apa yang ditulis disini. Cuman sayang, aku tidak pandai menyusun kata dengan baik. Lagian, kalau page-nya panjang amat, pasti kamunya ga mau baca. Ya kan? Halah..sediki juga kadang jarang dibaca. Piss.
terakhir:
Saya Mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Adha
Mohon Maaf Lahir Bathin
Semoga kita bisa mengambil pelajaran atas keikhlasan Ibrahim dan Ismail.
Sebenarnya biasa saja, namun jadi luar biasa karena aku kedatangan seorang tamu istimewa. Dan aku yakin, tamu agung ini telah banyak dikenal oleh kawan-kawan Masisir, warga lombok, para pembaca media massa di tanah air. Kalaupun tidak mengenal secara langsung, mungkin mengenalnya lewat karya-karyanya yang berebaran. Siapa lagi kalau bukan Leo Kelana alias Lukmanul Hakim. Sastrawan muda yang cukup aktif menelurkan karya. Beberapa kali memenangkan lomba karya tulis, bahkan pernah menjadi penulis karya sastra terbaik versi sebuah media mahasiswa di Kairo, TëROBOSAN.
Kedatangannya cukup mengejutkan, serasa gimana gitu. Masalahnya, ia adalah seorang mahasiswa yang cukup tinggi jam terbangnya. Super sibuk gitu loh. Hehehe. Salut. Karena orang sesibuk beliau, masih mau menyempatkan diri mampir ke gubuk kami (sengaja aku ubah menjadi kami, karena yang tinggal di rumah bukan hanya aku tapi bersama tiga sahabatku. Ups..tiga nakamaku). Ya, begitulah. Kehadirannya merupakan sebuah kehormatan bagiku khususnya, dan bagi kami pada umumnya (halah-halah...sok resmi).
Tanpa basa-basi, kami langsung menyantap opor yang sudah dibuat dengan susah payah semaleman. Hehehe. Wuih...enak banget.
Siang hari, aku berangkat bersama dengan dua nakama. Menikmati suasana idul adha di luar rumah. Jalanan lumayan ramai, walaupun tidak seramai biasanya. Soalnya hari raya idul adha adalah hari dimana penduduk Kairo pulang kampung. Jeprat-jepret sudut-sudut yang perlu didokumentasikan. Beberapa jepretan narsis, ada juga. Hehehe, soalnya keluarga di Indo minta dikirimin foto. Lumayan.
Malam hari, kami mendapatkan beberapa kilo daging kambing. Taratta...langsung nyate. Hehehe. Lebih asyiknya lagi, aku ga perlu ikut-ikutan motong, mbikin bumbu, atau bahasa gaulnya ikut meracik daging kambing itu menjadi beratus-ratus tusuk sate yang siap disantap. Hayyah, bahasa kerennya "tinggal makan" gitu loh. Halah-halah...gitu aja kok repot. Yang penting bisa nyantap sate. Itu intinya. Seep.
Hal pualing bikin mangkel, Mbah Nadhief akhirnya datang juga ke rumah kami. Mangkelnya bukan apa, tapi karena mampir hanya numpang nyisya aja. Tidak ikut menikmati sate racikan para koki handal. Asli, muangkel puol. Tapi, walaupun mangkel, bukan berarti aku tidak menyisakan rasa terima kasih atas kehadiran beliau. Aku faham, mungkin beliau mau ngisi ceramah untuk ibu-ibu KBRI di SIC (sekolah Indonesia Kairo), mengisi pengajian, janjian dengan seseorang di kafe dimana beliau suka bertapa, atau sibuk ngurusin muqorror-dikat-nya. Gak ngurus
Huh...pokoknya idul adha kali ini terasa nikmat. Rujak'an terpenuhi, bikin opor, nyate-nyate, plus jalan-jalan. Ssttt...sebenarnya, kenyataannya lebih nikmat daripada apa yang ditulis disini. Cuman sayang, aku tidak pandai menyusun kata dengan baik. Lagian, kalau page-nya panjang amat, pasti kamunya ga mau baca. Ya kan? Halah..sediki juga kadang jarang dibaca. Piss.
terakhir:
Saya Mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Adha
Mohon Maaf Lahir Bathin
Semoga kita bisa mengambil pelajaran atas keikhlasan Ibrahim dan Ismail.
walah tau gini aku k rumah smpean om. di rumah yang ada daging hidup semua, jadi gk bisa dimakan:P,,,,om mbok di kasih buku tamu biar enak gitu lo.
» Post a Comment