<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d35515654\x26blogName\x3dSeruput\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://seruput.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://seruput.blogspot.com/\x26vt\x3d-8552764801363357580', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>


Made in China


Dua tahun yang lalu, di bandara Soekarno Hatta, Jakarta. Ketika aku mau berangkat ke Mesir, adikku memesan barang yang khas Mesir asli bikinan pribumi. Ah, itu masalah gampang. Aku langsung mengiyakan tanpa pikir panjang.

Sekarang aku berpikir lagi. O...ternyata tidak semudah yang aku kira. Ternyata mencari souvenir yang asli buatan orang pribumi tidak segampang yang aku bayangkan. Sama saja. Barang-barang yang aku temui hampir di setiap toko dan di tempat penjualan barang kerajinan ternyata bukan milik pribumi.

"lho, kok kamu tahu?" tanya seorang teman pada suatu ketika.

"Bagaimana aku tidak tahu, lha wong dibelakangnya sudah ada stempelnya. Atau kalau barang
mainannya itu kecil, ada bandrol-nya"

"Hah..Apa itu?"temanku mengejar.

"Halah...nggak penting"

"Ih, busuk kau. Jangan gitu ah. Bikin penasaran orang saja. Apa sih?" Ia tetap mengejar.

Aku diam sejenak. Kuperhatikan air mukanya sangat serius memandangku. Lalu pelan-pelan tapi mantap, aku menjawab.

"Made in China"

"Hahahahaha..." temanku tertawa lepas. Keras sekali.

"Kenapa kamu? Kan sudah kubilang, itu tidak penting"

Ia berusaha mengakhiri tertawa lepasnya. Tapi ia tidak mampu menahan kegeliannya.

"Nggak, H..ha.ha..Nggak. Yang bener aja, kok bisa begitu. Lucu." Ia berbicara sambil tetap menahan kegeliannya.

"Lho, kamu ini bagaimana sih? Hal semacam itu saja kau anggap lucu. Selera humormu rendah."

"Justru sebaliknya, selera humormu yang rendah. Hanya orang yng berselera humor tinggi yang bisa tertawa di saat orang lain tidak bisa tertawa, Hahahaa" ia kembali tertawa.

Aku tidak tertawa. Senyum pun tidak. Menyebalkan. Tapi tiba-tiba ia memandangku dengan serius. Mungkin karena melihat mukaku yang sudah sangat kusut.

"Begini friend. Bukan maksudku menyinggung perasaanmu. Aku tertawa bukan karena perkataanmu itu aku anggap lucu. Tapi karena aku mengingat guyonan teman-teman di rumahnya teman."

Kulihat ia lebih serius dari yang tadi.

"Apa itu?" Kali ini aku yang bertanya.

"Sama seperti ceritamu itu. Ceritanya ada orang yang ingin membawa oleh-oleh yang khas dari Mesir ke Indonesia. Kamu kan tahu, bahwa neagara Arab itu terkenal dengan onta. Jadilah orang ini beli boneka-boneka-an onta. Karena harganya yang relatif murah, tanpa pikir panjang, ia membeli banyak tanpa memeriksanya terlebih dahulu. Namun sial, setelah boneka-boneka-an itu sampai di tanah air, satu keponakannya yang paling cerdas bilang '"Om, kalau yang tulisannya begini sih banyak di sini, Om. Nih, maenan Alif merk-nya sama semua." Ups, kontan muka orang itu memerah. Malu."

Aku tersenyum. Kulihat ia akan menjelaskan sesuatu.

"Tapi ada juga yang serius. Bener-bener serius"

"Apa itu?"

"Ini berhubungan dengan ilmu astronomi"

"Kok bisa?"

"Kamu kenal Galileo Galilei?"

"Iya, aku tahu. Kenapa? Bapak astronomi itu, bukan?"

"That's right. Iya, Orang yang divonis hukuman mati karena pemikirannya bertentangan dengan gereja. Ia divonis hukuman mati karena pemikirannya yang mengatakan bahwa matahari adalah pusat tata surya."

"Trus apa hubungannya dengan cerita yang barusan."

"Iya, ada. Ceritanya, ketika Galileo pergi ke luar angkasa, ia mendapatkan ilham karena bisa mendengarkan suara adzan dari bumi."

"Halah, mitos. Ada-ada saja"

"Lho, ini beneran. Tapi ada yang lebih hebat dari galileo."

"Siapa itu?"

"Hayyah..Katanya orang IPA. Hal semudah itu saja kau tidak tahu. Itu, si Albert Madhechin"

"Emang apa hebatnya si Albert?"

"Ia pergi ke luar angkasa untuk mengamati bumi. Dan hasil pengamatannya itu sangat menakjubkan."

"Kenapa? Kok aku belum tahu."

"Wah, kamu emang bener-bener manusia IPA yang ketinggalan jaman. Kemarin kan rame banget di berbagai media massa."

"Masa sih? Emang hasil pengamatan si Albert Madhecin ini bagaimana sih?"

"Hasil pengamatan Albert Madhecin, itu sangat spektakuler. Ia melihat bahwa bentuk bumi itu bulat, sejalan dengan pemikiran Christopher Columbus. Cuman menurut Albert Madhecin Ada yang belum disentuh oleh Columbus. Dan Columbus tidak tahu itu, karena ia tidak melihat dari luar angkasa. Albert Madhecin menambahi, bahwa dari luar angkasa, benua-benua terlihat membentuk sebuah tulisan yang sangat masyhur."

"Emang apa tulisannya?" Aku mengejar.

Ia menatapku tajam. Dingin. Lalu ia menjawab.

"Made in China"
« Home | Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »

Thu Nov 22, 09:22:00 AM

hehehheeh
cerita yang menggugah diri kita untuk memakai dan menciptakan produk sendiri....    



Thu Nov 22, 03:13:00 PM

"Tusuk gigi saja dari china," bukan begitukah yang disebut dalam cerpen 'Kereta Malam'-nya Nad.

Zaman memang sudah mulai edan, rambutnya pun kelihatan sudah penuh ubanan. Hahahaha...    



Fri Nov 23, 03:00:00 PM

jangan2 rambutmu pun sudah berbau "made in china" tuh..hehehe    



Sun Nov 25, 08:22:00 AM

Vi... mungkin mulai tahun 2008 nanti bayi keluar dari rahim ibunya bertuliskan: 'Made in China'...

Semoga saja tidak!    



» Post a Comment