<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d35515654\x26blogName\x3dSeruput\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://seruput.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://seruput.blogspot.com/\x26vt\x3d-8552764801363357580', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>


Pelatihan

Ketika sedang mengikuti sebuah pelatihan yang diadakan oleh sebuah media mahasiswa, aku melihat seorang dara manis. Lalu kudekati dia.

"Hei, bisa kenalan ngga? Siapa namamu?"
"Boleh, namaku Hawa," jawabnya dengan senyumnya yang ramah.

Aku tercengang sebentar, kuperhatikan seluruh tubuhnya. Sempurna. Matanya biru menyala, hidungnya mancung, bibirnya sensual, jari-jarinya lentik, dan bodynya seksi. Kutaksir tingginya 164 dan berat badannya 54 (menurut teman saya, porsi tubuh ideal perempuan itu tinggi badan dikurangi seratus sepuluh sama dengan berat badan. Atau sebaliknya tinggi badan dikurangi berat badan sama dengan seratus sepuluh).

"Kau tidak bertanya, siapa namaku?" tanyaku, sedikit bergurau.
"Ah, itu tidak penting. Aku sudah punya suami. Seorang nabi."
"Hahaha..bisa saja kau bergurau. Mana ada nabi di jaman sekarang atau namanya memang Nabi?"
"Tidak, ia memang seorang nabi. Ia adalah Adam."

Aku kaget bukan main. Mukanya yang serius, membuat aku semakin yakin, bahwa ia tidak sedang bergurau.

"Benarkah kau Hawa yang sering diperbincangkan banyak orang itu?"
"Iya," ia menjawab singkat.
"Aku tidak percaya, Apa kau punya bukti?" tanyaku menyelidik.

Ia tersenyum sejenak, kemudian menjawab, "Aku tidak memaksamu untuk percaya. Yang perlu aku beritahu, memang itulah sebenarnya."

Kulihat dalam-dalam seluruh bagian tubuhnya. Sedikit tidak percaya. Lalu ....

"Sialan...Ternyata kaulah orangnya," emosiku tiba-tiba meledak. Semua orang melihat ke arahku. Dan aku tidak perduli.
"Apa maksudmu?"
"Apa? kau bertanya apa maksudku? Bukankah kamu yang telah membutakan Adam? Apa tanggung jawabmu? Kalau bukan karena kamu, tidak mungkin kita berada di dunia ini? Kalau bukan karena kamu, kita semua sedang berada di Surga. Kau ibu yang tidak bertanggung jawab," cercaku bertubi-tubi. Rasa-rasanya aku ingin meludahinya.

Semua orang tidak lagi memandangku. Semua berubah pandang ke Hawa. Mereka mulai seperti aku. Emosi mereka tak tertahankan. Mereka protes. sama sepertiku. Kulihat Hawa tidak sedikitpun merasa ketakutan. Ia tersenyum, lalu mulai berkata.

"Anak-anakku, kalian jangan menjadi orang bodoh! Dalamilah ilmu kalian! jangan setengah-setengah! Kalian telah dihasut; kalian telah ditipu; kalian telah dibohongi; kalian telah dibodohi. Kalian juga tidak sadar, siapa yang menipu kalian. Tahukah siapa yang telah menipu kalian? Siapa yang menghasut, yang menipu, yang membohongi kalian?"

"Iblis," serentak orang dalam ruangan itu menjawab.
"bukan," Ia menyangkal.

Semua terdiam. Aku juga. Tapi, karena aku penasaran, aku maju ke depan.
"Lalu siapa?" teriakku didepannya.

Ia tersenyum lagi, merapikan kerudungnya, dan kemudian berkata, "Ia itu adalah Media"

Setelah mengucapkan kalimat itu, ia melihat arlojinya, lalu berkata dengan halusnya, "Jangan mudah percaya kepada 'Media'! Maaf, aku pergi dulu. aku takut terlambat."

Dan ia pun berlalu. Semua orang hanya bisa diam. tidak percaya dengan apa yang dialaminya.

"Phie...Phie...Phie, sudah jam sembilan. Katanya ikut pelatihan?" Suara seseorang memanggilku.

Suara itu sepertinya akrab di telingaku. Oh.., baru ingat, aku baru sadar. Hari ini aku harus ikut pelatihan. Aku langsung melompat. Sialan, ternyata hanya mimpi.
« Home | Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »

» Post a Comment