Kabar dari Malang (Radar Malang JP)
Jumat, 18 Mei 2007
Melihat Produksi Rokok Sin, Rokok Terapi Buatan Pesantren Sehat, Lawang
Rokok Dibuat bagi Yang Ingin Berhenti Merokok
Di tengah gonjang-ganjing pembekuan pabrik rokok (PR) di Malang, ada satu produsen rokok yang cukup unik. Jika umumnya rokok adalah musuh utama bagi yang ingin memiliki gaya hidup sehat, namun rokok yang diproduksi Pesantren Sehat di Lawang ini justru sebaliknya. Rokok yang dibuat melalui PR UD Putra Bintang Timur ini mengajak konsumennya untuk sehat.
MARDI SAMPURNO, Malang
Bagi Anda yang gemar merokok dan ingin berhenti merokok, alangkah baiknya mencoba produk Rokok Sin yang diproduksi oleh pesantren di Perum Guru Kalianyar Permai C1 Sidodadi, Kecamatan Lawang, ini. Empat varian rokok yang dibuat pendirinya yang juga seorang ahli terapi kesehatan KH Abdul Malik ini memiliki khasiat untuk menyembuhkan aneka macam penyakit.
Konon, puluhan penyakit bisa diobati dengan menggunakan media rokok yang dibuatnya sejak 2 Mei 2005 lalu. Tidak hanya dengan menghisap rokok saja efek penyembuhan bisa dilakukan. Tapi juga abu dari rokok juga bisa dimanfaatkan sebagai obat luar penderita sakit eksim (gatal-gatal).
M. Diponegoro, salah satu santri Kiai Malik, mengatakan, jika menghisap rokok ini penyakit yang bisa diobati antara lain paru-paru, asma, flu polip/sinusitis ringan, impotensi, jantung, darah tinggi, bahkan kecanduan narkoba dan minuman keras. "Banyak penyakit yang bisa diobati. Mulai dari penyakit musiman hingga penyakit akut yang sulit disembuhkan seperti kecanduan narkoba dan AIDS," ungkap pria yang akrab disapa Dipo ini.
Dipo mengatakan, dalam ramuan rokok ini ada 17 jenis ramuan obat-obatan yang bisa menyembuhkan penyakit-penyakit di atas. Jenis ramuan itu, tambah Dipo, bisa menetralkan kandungan tar dan nikotin yang ada dalam rokok pada umumnya. Ramuan itu dihasilkan dari sejumlah bahan alamiah yang terbebas dari bahan kimiawi. Seperti daun sirih, kayu siwak, dan madu.
Ramuan ini dicampur dengan tembakau pilihan dan diproses ulang hingga menghasilkan cita rasa serta manfaat untuk media penyembuhan banyak penyakit. Untuk uji benar tidaknya ramuan tersebut bisa menatralisir zat beracun itu, pesantren ini telah mengujicobakan ke laboratorium kimia di Unibraw, Universitas Negeri Malang (UM), dan sebuah perusahaan nasional di Malang. Hasilnya, kadar nikotin rokok ini sangat rendah. Bahkan dinyatakan mendekati 0 persen.
Tentang pengaruh rokok untuk menghentikan seorang perokok berat berhenti merokok, Dipo mengatakan, rokok Sin ini akan merusak cita rasa awal yang ada dalam benak si perokok. "Jika usai mengonsumsi rokok ini dan kembali merokok merek lain yang sebelumnya telah digandrungi, maka perokok ini akan merasakan hambar. Akibatnya, dia mau tidak mau akan merokok Sin," paparnya.
Nah, saat merokok Sin ini, perokok juga tidak akan berlangsung lama. Sebab, perokok Sin akan bosan karena memang tidak ada cita rasa yang diinginkan.
Ada sensasi berbeda jika kali pertama merasakan rokok ini. Misalnya pusing, mual, batuk, dan sesaat badan terasa sakit. "Efek ini terjadi karena asap rokok yang terhisap sedang menghancurkan racun di saluran pernafasan dan tubuh. Peredaran darah akan bertambah lancar," ujar Dipo.
Efek itu, lanjut Dipo, tidak akan berlangsung lama. Hanya sesaat dan kondisi yang dirasakan akan bertambah segar. Terlebih dibantu dengan aroma rokok yang bisa memberikan efek aroma terapi terhadap kesegaran tubuh.
Usaha yang dikembangkan dengan manajemen islami ini tidak neko-neko. Usaha dikembangkan tidak untuk mematok keuntungan, namun mempertimbangkan sisi amal dan kemaslahatan umat. "Ustad tidak menggebu-gebu memperbanyak pekerja atau memperluas pasar. Kami pasrah dan minta petunjuk Allah," katanya.
Dalam kurun waktu Mei-Desember 2006, pesantren ini telah memproduksi rokok sebanyak Rp 1,4 juta batang. Melihat kemajuan usaha rokok terapi itu, sambung Dipo, membuat banyak bank yang menawari pinjaman modal usaha. Namun Kiai Malik secara tegas menolak tawaran itu dan memilih berkembang apa adanya.
Sementara wujud amaliahnya, PR sengaja menyisakan 35 persen keuntungan bersih dari usaha ini untuk disumbangkan ke panti asuhan. Sisanya baru untuk kepentingan produksi dan membeli pita cukai.
Untuk memproduksi rokok sebanyak itu, pesantren ini mempekerjakan 15 pekerja pelinting rokok dan enam staf yang mengurusi pemasaran dan distribusi ke sejumlah agen di Malang, Madura, dan Bali. Rata-rata mereka adalah warga sekitar dan para santri.
Usaha ini tidak memiliki tenaga penjualan yang gerilya ke pelosok-pelosok daerah untuk memasarkan produknya. Orang yang ingin memasarkan rokok merek ini adalah mantan pasien Kiai Malik yang pernah berobat. Setelah mereka sembuh, pasien ini dengan kerelaan hati memasarkan rokok produksi pesantren. (*)
Melihat Produksi Rokok Sin, Rokok Terapi Buatan Pesantren Sehat, Lawang
Rokok Dibuat bagi Yang Ingin Berhenti Merokok
Di tengah gonjang-ganjing pembekuan pabrik rokok (PR) di Malang, ada satu produsen rokok yang cukup unik. Jika umumnya rokok adalah musuh utama bagi yang ingin memiliki gaya hidup sehat, namun rokok yang diproduksi Pesantren Sehat di Lawang ini justru sebaliknya. Rokok yang dibuat melalui PR UD Putra Bintang Timur ini mengajak konsumennya untuk sehat.
MARDI SAMPURNO, Malang
Bagi Anda yang gemar merokok dan ingin berhenti merokok, alangkah baiknya mencoba produk Rokok Sin yang diproduksi oleh pesantren di Perum Guru Kalianyar Permai C1 Sidodadi, Kecamatan Lawang, ini. Empat varian rokok yang dibuat pendirinya yang juga seorang ahli terapi kesehatan KH Abdul Malik ini memiliki khasiat untuk menyembuhkan aneka macam penyakit.
Konon, puluhan penyakit bisa diobati dengan menggunakan media rokok yang dibuatnya sejak 2 Mei 2005 lalu. Tidak hanya dengan menghisap rokok saja efek penyembuhan bisa dilakukan. Tapi juga abu dari rokok juga bisa dimanfaatkan sebagai obat luar penderita sakit eksim (gatal-gatal).
M. Diponegoro, salah satu santri Kiai Malik, mengatakan, jika menghisap rokok ini penyakit yang bisa diobati antara lain paru-paru, asma, flu polip/sinusitis ringan, impotensi, jantung, darah tinggi, bahkan kecanduan narkoba dan minuman keras. "Banyak penyakit yang bisa diobati. Mulai dari penyakit musiman hingga penyakit akut yang sulit disembuhkan seperti kecanduan narkoba dan AIDS," ungkap pria yang akrab disapa Dipo ini.
Dipo mengatakan, dalam ramuan rokok ini ada 17 jenis ramuan obat-obatan yang bisa menyembuhkan penyakit-penyakit di atas. Jenis ramuan itu, tambah Dipo, bisa menetralkan kandungan tar dan nikotin yang ada dalam rokok pada umumnya. Ramuan itu dihasilkan dari sejumlah bahan alamiah yang terbebas dari bahan kimiawi. Seperti daun sirih, kayu siwak, dan madu.
Ramuan ini dicampur dengan tembakau pilihan dan diproses ulang hingga menghasilkan cita rasa serta manfaat untuk media penyembuhan banyak penyakit. Untuk uji benar tidaknya ramuan tersebut bisa menatralisir zat beracun itu, pesantren ini telah mengujicobakan ke laboratorium kimia di Unibraw, Universitas Negeri Malang (UM), dan sebuah perusahaan nasional di Malang. Hasilnya, kadar nikotin rokok ini sangat rendah. Bahkan dinyatakan mendekati 0 persen.
Tentang pengaruh rokok untuk menghentikan seorang perokok berat berhenti merokok, Dipo mengatakan, rokok Sin ini akan merusak cita rasa awal yang ada dalam benak si perokok. "Jika usai mengonsumsi rokok ini dan kembali merokok merek lain yang sebelumnya telah digandrungi, maka perokok ini akan merasakan hambar. Akibatnya, dia mau tidak mau akan merokok Sin," paparnya.
Nah, saat merokok Sin ini, perokok juga tidak akan berlangsung lama. Sebab, perokok Sin akan bosan karena memang tidak ada cita rasa yang diinginkan.
Ada sensasi berbeda jika kali pertama merasakan rokok ini. Misalnya pusing, mual, batuk, dan sesaat badan terasa sakit. "Efek ini terjadi karena asap rokok yang terhisap sedang menghancurkan racun di saluran pernafasan dan tubuh. Peredaran darah akan bertambah lancar," ujar Dipo.
Efek itu, lanjut Dipo, tidak akan berlangsung lama. Hanya sesaat dan kondisi yang dirasakan akan bertambah segar. Terlebih dibantu dengan aroma rokok yang bisa memberikan efek aroma terapi terhadap kesegaran tubuh.
Usaha yang dikembangkan dengan manajemen islami ini tidak neko-neko. Usaha dikembangkan tidak untuk mematok keuntungan, namun mempertimbangkan sisi amal dan kemaslahatan umat. "Ustad tidak menggebu-gebu memperbanyak pekerja atau memperluas pasar. Kami pasrah dan minta petunjuk Allah," katanya.
Dalam kurun waktu Mei-Desember 2006, pesantren ini telah memproduksi rokok sebanyak Rp 1,4 juta batang. Melihat kemajuan usaha rokok terapi itu, sambung Dipo, membuat banyak bank yang menawari pinjaman modal usaha. Namun Kiai Malik secara tegas menolak tawaran itu dan memilih berkembang apa adanya.
Sementara wujud amaliahnya, PR sengaja menyisakan 35 persen keuntungan bersih dari usaha ini untuk disumbangkan ke panti asuhan. Sisanya baru untuk kepentingan produksi dan membeli pita cukai.
Untuk memproduksi rokok sebanyak itu, pesantren ini mempekerjakan 15 pekerja pelinting rokok dan enam staf yang mengurusi pemasaran dan distribusi ke sejumlah agen di Malang, Madura, dan Bali. Rata-rata mereka adalah warga sekitar dan para santri.
Usaha ini tidak memiliki tenaga penjualan yang gerilya ke pelosok-pelosok daerah untuk memasarkan produknya. Orang yang ingin memasarkan rokok merek ini adalah mantan pasien Kiai Malik yang pernah berobat. Setelah mereka sembuh, pasien ini dengan kerelaan hati memasarkan rokok produksi pesantren. (*)