Teruslah Menulis
Dulu waktu saya masih di bangku SD, pelajaran yang paling saya benci adalah pelajaran mengarang. saya tidak bisa mengarang. cuman saya memang berani untuk menulis walaupun saya tidak tahu. di situ ada gambar, saya disuruh mengarang dan disesuaikan dengan ilustrasi gambar. wah, karena saya melihat ada gambar ayam, saya menuliskan kata ayam pada awal kalimatnya. kemudian saya disitu ada anak kecil yang memberi makan. akhirnya saya pun menuliskan. Ayam. ini ayam, ayam diberi makan oleh anak kecil. kalimat itu saya bolak-balik sampai kertas jawaban penuh. huahahahahaha. saya tidak tahu, akhirnya waktu pembagian ujian saya agak sedikit tercengang. karena saya masih mendapatkan nilai walaupun tidak begitu tinggi. Nah, kalau saya rasakan. Guru tersebut menghargai pekerjaan saya. bukan hasil tulisan itu. tidak apa tulisan itu tidak berbobot, karena keberanian untuk menulis saja sudah merupakan prestasi. mungkin begitu. Hehehehehehe
Ya, sama sekali saya tidak bisa menulis sesuatu yang menarik; yang renyah; gurih; apalagi nikmat. Tapi saya tetap berusaha untuk bisa menulis yang baik. Pernah saya membaca sebuah artikel yang bisa membangkitkan gairah untuk selalu menulis. Entahlah, saya sudah lupa dimana saya baca artikel itu. Yang jelas walaupun aku sudah tidak bisa mengingatnya, tapi semangat menulis itu menjadi bagian dalam hidupku *thanks buat yang nulis artikel tersebut*.
Dari sini saya kemudian seperti orang gila. Selalu menulis di setiap kesempatan. Entahlah, saya tulis tentang kebiasaan burukku; tentang keadaanku; tentang sahabat-sahabatku; tentang keadaan sekitarku; tentang kegilaan-kegilaan yang aku lakukan selama ini; ah pokoknya aku menjadi orang yang gila menulis pada abad sekarang ini *sok mantap banget yah??*. Serius, aku menjadi seperti orang gila *ada yang nyletuk –bukannya emang udah gila dari dulu??—*. Tulisan saya itu menyebar dimana-mana. Di komputer-komputer teman, di buku-buku catatan teman *buku catatanku juga*, pokoknya banyak banget dech. Saya tidak pernah mem-publish-nya di majalah atau media lainnya *kecuali terpaksa, soalnya kalau menulis di media, banyak beban yang harus ditanggung. Untuk yang satu ini, Kapan-kapan aja dech*. Tidak semua yang saya tulis, saya posting di blog ini. Soalnya blog ini kan cuman iseng. Jadi isinya juga dari hasil kreatifitas iseng. Lho kok jadi melebar ke mana-mana sieh?
Ternyata, dari pengalam kecil itu saya bisa menemukan sesuatu yang sebenarnya sudah usang. Bahwa benar menurut peribahasa yang sering didendangkan ketika masih di bangku SMU. Bahwa “Where There is a Will, There is a Way” , “You Can if You Think You Can”. Masa sieh bahasa semudah itu ngga bisa ngerti. Ya udah, aku terjemahin ke dalam bahasa Jawa *tapi bahasa ngasal, yang penting maksud dan kandungannya sama* begini hasilnya “Lek ono karep, mesti ono dalan” , “Sampeyan iso, Lek Sampeyan Pikir Sampeyan iso”. Waduh...yang ngga bisa bahasa jawa pada protes nih, Biar adil saya terjemahin juga deh ke dalam bahasa Indonesia. “ Di mana ada kemauan, di situ ada jalan”, “Anda bisa, jika anda pikir anda bisa”. Ada lagi yang protes, “kalau yang ngga bisa bahasa Indonesia gimana?”. Maka saya akan mnjawab “ga ngurus, mangkane belajar seng rajin” *ga nyambung yah??*
Begitu dech, Intinya, ngga ada yang ngga bisa kalau kita mau. Nah, tentunya bukan hanya dengan kemauan doank kan? Harus ada usaha untuk mewujudkan kemauan tersebut. Nah, usaha inilah yang sebenarnya membentuk diri kita menjadi orang yang tangguh.
Ada sebuah pesan dari seorang wartawan Antara *Pak Munawwar* ketika saya bertemu di Hotel Grand Hyatt, Garden City, Cairo. “Teruslah menulis!! Dengan sendirinya tulisan anda akan tajam”.
Akhirnya, Hanya ada satu jalan untuk meningkatkan kemampuan menulis, yaitu menulis. Apa saja.
Ya, sama sekali saya tidak bisa menulis sesuatu yang menarik; yang renyah; gurih; apalagi nikmat. Tapi saya tetap berusaha untuk bisa menulis yang baik. Pernah saya membaca sebuah artikel yang bisa membangkitkan gairah untuk selalu menulis. Entahlah, saya sudah lupa dimana saya baca artikel itu. Yang jelas walaupun aku sudah tidak bisa mengingatnya, tapi semangat menulis itu menjadi bagian dalam hidupku *thanks buat yang nulis artikel tersebut*.
Dari sini saya kemudian seperti orang gila. Selalu menulis di setiap kesempatan. Entahlah, saya tulis tentang kebiasaan burukku; tentang keadaanku; tentang sahabat-sahabatku; tentang keadaan sekitarku; tentang kegilaan-kegilaan yang aku lakukan selama ini; ah pokoknya aku menjadi orang yang gila menulis pada abad sekarang ini *sok mantap banget yah??*. Serius, aku menjadi seperti orang gila *ada yang nyletuk –bukannya emang udah gila dari dulu??—*. Tulisan saya itu menyebar dimana-mana. Di komputer-komputer teman, di buku-buku catatan teman *buku catatanku juga*, pokoknya banyak banget dech. Saya tidak pernah mem-publish-nya di majalah atau media lainnya *kecuali terpaksa, soalnya kalau menulis di media, banyak beban yang harus ditanggung. Untuk yang satu ini, Kapan-kapan aja dech*. Tidak semua yang saya tulis, saya posting di blog ini. Soalnya blog ini kan cuman iseng. Jadi isinya juga dari hasil kreatifitas iseng. Lho kok jadi melebar ke mana-mana sieh?
Ternyata, dari pengalam kecil itu saya bisa menemukan sesuatu yang sebenarnya sudah usang. Bahwa benar menurut peribahasa yang sering didendangkan ketika masih di bangku SMU. Bahwa “Where There is a Will, There is a Way” , “You Can if You Think You Can”. Masa sieh bahasa semudah itu ngga bisa ngerti. Ya udah, aku terjemahin ke dalam bahasa Jawa *tapi bahasa ngasal, yang penting maksud dan kandungannya sama* begini hasilnya “Lek ono karep, mesti ono dalan” , “Sampeyan iso, Lek Sampeyan Pikir Sampeyan iso”. Waduh...yang ngga bisa bahasa jawa pada protes nih, Biar adil saya terjemahin juga deh ke dalam bahasa Indonesia. “ Di mana ada kemauan, di situ ada jalan”, “Anda bisa, jika anda pikir anda bisa”. Ada lagi yang protes, “kalau yang ngga bisa bahasa Indonesia gimana?”. Maka saya akan mnjawab “ga ngurus, mangkane belajar seng rajin” *ga nyambung yah??*
Begitu dech, Intinya, ngga ada yang ngga bisa kalau kita mau. Nah, tentunya bukan hanya dengan kemauan doank kan? Harus ada usaha untuk mewujudkan kemauan tersebut. Nah, usaha inilah yang sebenarnya membentuk diri kita menjadi orang yang tangguh.
Ada sebuah pesan dari seorang wartawan Antara *Pak Munawwar* ketika saya bertemu di Hotel Grand Hyatt, Garden City, Cairo. “Teruslah menulis!! Dengan sendirinya tulisan anda akan tajam”.
Akhirnya, Hanya ada satu jalan untuk meningkatkan kemampuan menulis, yaitu menulis. Apa saja.