<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d35515654\x26blogName\x3dSeruput\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://seruput.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://seruput.blogspot.com/\x26vt\x3d-8552764801363357580', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>


Riyoyo di Mesir

Bagi yang bukan orang jawa, mungkin judul itu agak membingungkan. Di kamus bahasa Inggris tidak tercantum, di kamus bahasa Prancis juga ngga ada, apalagi di kamus bahasa Arab. Ngga mungkin ada ding. Ya, iya-lah. Orang itu bahasa jawa kok. Yang jelas hanya bisa ditemukan di kamus bahasa jawa. Riyoyo kalau dibahasa Indonesiakan menjadi hari raya. Tentunya bukan hanya untuk Iedul Fitri saja. Ada Riyoyo Natal, Riyoyo Nyepi, de el el. Namun, dalam perkembangannya kita menemukan perubahan makna *penyempitan*. Orang-orang memaknai Riyoyo sebagai hari raya Iedul Fitri dan Iedul Adha *Hari rayanya orang Islam*. Makanya setiap mendengar kata Riyoyo, pasti bayangan kita menuju pada hari raya Iedul Fitri. Hari raya yang selalu rame, yang identik dengan ketupat lebaran *bahkan menjadi icon tersendiri dalam kartu2 lebaran*, opor ayam, baju baru, sepatu baru, motor baru *baru dicuci*, cat rumah baru, Pokoknya semuanya harus terlihat baru. Tul ga?

Nah, sekarang dah tau kan apa itu riyoyo? Paling tidak sebagai pengetahuan umum aja. Oke deh, kita lanjutin dengan cerita seputar lebaran di Kairo. Mau nggak diceritain? *pembacapun langsung pada nyahut* Mau..mau...mauuuuuuuu...*Iya...., ngga diminta juga udah pasti diceritain*

Suasana Kairo, Mesir, Hmm......mang aku udah cerita apa aja tentang Kairo? Belum cerita apa-apa ya? Oke deh. Mari kita memasuki kota Kairo dengan segala pernak-perniknya. Hehehehe....

Dulu, ketika aku belum nyampe ke Kairo *masih di Malang, Indonesia*, bayanganku tentang Negara Mesir adalah negara yag islami banget. Islami? Yang kaya gimana itu? Maksudku seperti jamannya rasul dulu. Orangnya pake jubah semua, ceweknya menjaga auratnya dengan sebaik-baiknya, dan lain-lain. Ternyata aku tuh terlalu lugu..Yah, kalau ngebayangin hal seperti itu *sok lugu itu*. Maklumlah...aku hanya tahu Mesir dengan sungai Nil-nya saja. Yang lainnya tidak. Tau nggak..., dari awal kedatanganku ke sini ini *Mesir*, aku sudah melalui beberapa tahap godaan. Dari yang paling ringan sampe yang super berat *sorry, ga bisa diceritain. Soalnya aku juga bingung mo diceritain dari mana*. Ketika pertama kali kakiku menginjak Mesir *Bandara* aku sudah menemukan banyak hal yang sangat berseberangan dengan bayanganku itu. Memang sih, waktu di pesawat aku tidak memikirkan hal itu. Karena kebetulan aku satu pesawat dengan orang-orang Malaysia yang tujuannya juga menuntut ilmu di bumi kinanah ini. Dan perempuan-perempuannya sangat sopan. Menutup auratnya dengan baik. Bahkan aku melihat, tidak ada satupun diantara perempuan-perempuan itu yang memakai celana jeans *walaupun sebenarnya tidak ada larangan untuk memakai jeans*. Pakaian yang mereka pakai adalah baju kurung dengan jilbabnya yang menjulur sampai ke dada-nya. Namun, ketika aku nyampe di Bandara ini, aku disuguhi dengan pemandangan yang Masya-Allah banget. Hehehehe... pertamanya sih aku mikirnya karena yang seperti itu adalah bule, tapi ternyata orang-orang Arab juga banyak yang seperti itu *berpakaian tapi telanjang –ngerti kan? Kalau ngga ngerti ya udah*. Aduh... aku ngga tau deh, kenapa bisa seperti ini sih. Dada-nya yang super big pasti bikin siapa saja ngga tahan. Udah gitu berbelah lagi. MasyaAllah.... Kemudian aku sedikit menerawang jauh *pantas saja kalau ada yang berpendapat bahwa nafsu juga membatalkan wudlu*. Ada juga sih yang memakai kerudung, tapi tetap saja pakaiannya ketat. Ah, dasar...aku hanya bisa geleng-geleng kepala saja. Aneh.....ternyata Mesir memang menyimpan sejuta keunikan. Pantas kalau temanku menulis *Nil yang Binal –cerpennya orang Rembang--*. “Ah, di sini orang berdandan kaya gitu udah biasa...” ungkap seorang teman. Gilaaa..... ini mah benar-benar gila. Eits, kalau ngomongin itu terus kapan ngomongin Riyoyonya? Ya, udah kita kembali ke Riyoyo.

Suasana Riyoyo di Mesir sangat jauh berbeda dengan suasana Riyoyo di Indonesia. Beda banget deh.. Garing abizzzz. Malemnya ngga ada takbir bareng, apalagi takbir keliling. Di rumah-rumah temen tidak ada yang menyediakan kue lebaran. Kalaupun ada, itu hanya di rumah bapak-bapak pejabat KBRI. Lebih garing lagi aku ga bisa nemuin opor ayam plus ketupat lebaran yang udah menjadi icon khas lebaran itu sendiri *karena ini makanan favoritku kalau lebaran*.

Sebenarnya suasananya sih biasa, kita hanya akan menemukan keramaian di tempa-tempat yang memang udah biasa rame. Kaya di tempat-tempat perbelanjaan dan taman rekreasi. Ngga percaya, silahkan anda pergi ke Atabah, Hadiqoh Azhar, Hadiqoh dauliyah, Wonderland, Star City Mall. Pasti anda aka berdesak-desakan dengan ratusan atau bahkan ribuan manusia. Kalau buat cowok, ajang seperti ini biasanya dimanfaatkan untuk ber’main-main’ dan ber’aksi’. Memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Eits..tunggu dulu, ternyata bukan hanya cowo lho yang kaya gitu. Cewek juga ada..., “ Asyik aja, bisa senggol sana-senggol sini. Heheehe” begitu komentarnya *ngga ngerasa, kalau sebenarnya dia yang disenggol..heheheh :D*.

Kemudian waktu sholatnya, udah pasti rame banget. Soalnya di sini kan 80-90% penduduknya beragama Islam. Udah pasti, shalat tahunan ini pasti rame pengunjung. Nah, di sinilah kita bisa melihat orang Mesir bertakbir menyambut Iedul Fitri. Lucu...itulah kesan pertamaku ketika mendengar orang Mesir bertakbir. Dan aku yakin bahwa setiap makhluk Indonesia akan merasakan hal yang sama denganku kalau mendengar orang Mesir bertakbir. Ya, kira-kira begitu deh suasananya. Kalau di kasih tau banyak-banyak entar malah ngga seru. Udahan dulu Yah!! Maap kalo ngga puas. Soalnya aku bukan alat pemuas.
« Home | Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »

Sat Nov 04, 07:57:00 AM

ternyata di mesir gitu ya! aku mikirnya sama kyk kamu. duh, makin aneh aja tanah arab itu.!    



» Post a Comment