Doa dan Harapan
Mungkin, hidup kita yang sederhana ini, telah mengajari kita banyak hal. Sampai di titik-titik yang paling sakral-pun, kau bilang harus tetap sederhana. Tak ada pesta pun tak apa, yang penting meriah. Tak ada tenda-pun tak apa, yang penting kita tetap saling mencinta. Aku terharu, ucapanmu terdengar begitu romantis di telingaku. Dan ada kata yang tak sempat aku ucapkan untukmu, " Tak ada undangan pun tak apa, asal di buku nikah nanti, ada namaku dan namamu."
Saat bertemu orang tuamu, aku merasa sangat bersalah karena aku tidak langsung berkata apa adanya. Padahal aku dulu punya keinginan itu. Namun sayang, aku dinasehati untuk tidak bertindak sendiri, "kurang sopan" begitu nasehatnya. Dan aku mengambil nasehat itu. Walaupun pada akhirnya, apa yang ingin aku lakukan diawal yang ternyata juga menjadi keinginan orang tuamu. Aku senang, karena orang tuamu bisa mengerti, ia punya prinsip yang kuat. Sekarang, saatnya kita berdoa. Agar langkah selanjutnya lebih mudah, lebih lancar, lebih mantap.
Februari adalah babak penentuan. Aku ingin kau bertemu dengan orang tuaku. Dan setelah itu, kita akan saling berkejaran dengan waktu. Mempersiapkan segalanya. Untuk kita, hidup kita dan masa depan kita. Terima kasih, Cinta. Terima kasih atas ketulusanmu. Aku merasa nyaman denganmu. Tak ada rasa risih dengan segala pertanyaan dan perhatianmu untukku. Aku juga tidak pernah merasa risih, atas semua yang kau lakukan untukku. Justru sebaliknya, aku merasa lebih nyaman, lebih tenang, dan lebih merasa sebagai lelaki paling beruntung di dunia, karena dicintai oleh perempuan yang mengerti nilai-nilai kehidupan dari pengalaman. Terima kasih sayangku.
Ya Allah, berilah kekuatan kepada kami untuk menggapai ridhamu, menuju cintaMu yang suci dan hakiki. Turunkanlah rahmatMu kepada kami berdua. Berkahilah kehidupan kami. Berilah kemampuan kepada kami untuk menyambut dan menerima rizqi yang Kau anugerahkan kepada kami dan anak-anak kami.
Ya Allah, ya Tuhan kami. Kami meminta untuk selalu jatuh dan tenggelam dalam lautan cintaMu, senantiasa mencintai orang-orang yang mencintaiMu, dan kami juga memohon agar kami selalu cinta terhadap perbuatan-perbuatan yang selalu mendekatkan kami kepada cintaMu.
Amin.
Saat bertemu orang tuamu, aku merasa sangat bersalah karena aku tidak langsung berkata apa adanya. Padahal aku dulu punya keinginan itu. Namun sayang, aku dinasehati untuk tidak bertindak sendiri, "kurang sopan" begitu nasehatnya. Dan aku mengambil nasehat itu. Walaupun pada akhirnya, apa yang ingin aku lakukan diawal yang ternyata juga menjadi keinginan orang tuamu. Aku senang, karena orang tuamu bisa mengerti, ia punya prinsip yang kuat. Sekarang, saatnya kita berdoa. Agar langkah selanjutnya lebih mudah, lebih lancar, lebih mantap.
Februari adalah babak penentuan. Aku ingin kau bertemu dengan orang tuaku. Dan setelah itu, kita akan saling berkejaran dengan waktu. Mempersiapkan segalanya. Untuk kita, hidup kita dan masa depan kita. Terima kasih, Cinta. Terima kasih atas ketulusanmu. Aku merasa nyaman denganmu. Tak ada rasa risih dengan segala pertanyaan dan perhatianmu untukku. Aku juga tidak pernah merasa risih, atas semua yang kau lakukan untukku. Justru sebaliknya, aku merasa lebih nyaman, lebih tenang, dan lebih merasa sebagai lelaki paling beruntung di dunia, karena dicintai oleh perempuan yang mengerti nilai-nilai kehidupan dari pengalaman. Terima kasih sayangku.
Ya Allah, berilah kekuatan kepada kami untuk menggapai ridhamu, menuju cintaMu yang suci dan hakiki. Turunkanlah rahmatMu kepada kami berdua. Berkahilah kehidupan kami. Berilah kemampuan kepada kami untuk menyambut dan menerima rizqi yang Kau anugerahkan kepada kami dan anak-anak kami.
Ya Allah, ya Tuhan kami. Kami meminta untuk selalu jatuh dan tenggelam dalam lautan cintaMu, senantiasa mencintai orang-orang yang mencintaiMu, dan kami juga memohon agar kami selalu cinta terhadap perbuatan-perbuatan yang selalu mendekatkan kami kepada cintaMu.
Amin.