<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d35515654\x26blogName\x3dSeruput\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://seruput.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://seruput.blogspot.com/\x26vt\x3d-8552764801363357580', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>


Cinta Kamu

Mungkin aku akan menjadi orang yang paling menyesal di dunia, kalau aku tidak mengatakan apa-apa kepadamu. Kepada orang yang aku cintai. Kamu.

I knew you. I knew everything about you. Karena pengetahuanku itulah, aku berusaha untuk tidak menyesal, dan berusaha untuk tidak mengatakan apa-apa kepadamu. Ya, aku berusaha untuk tidak berbuat apa-apa.

Hmm... Tapi perasaan ini sudah menjadi sembilu. Ya, sembilu yang telah menusuk dalam ke arah perutku. Darahku mengalir deras; muncrat. Aku sekarat.

Karena aku lelaki, aku berpikir, memanfaatkan anugerah Yang Maha Memberi yang berupa akal pikiran ini, memanfaatkan otakku, dan bermain-main dengan logika.

Akhirnya aku memutuskan untuk segera menyembuhkan luka ini. Aku tidak ingin mati konyol, tidak ingin mati sia-sia. Dan untuk menyembuhkannya aku harus mencabut sembilu ini terlebih dahulu, baru setelah itu diobati, disulam, dijahit, dan lain sebagainya.

Lalu aku menyusun rencana, merancang segalanya agar semuanya baik-baik saja. Tapi aku tidak tahu, sepertinya kamu menghindar. Kau bilang, "aku takut." Sebenarnya aku sendiri bingung. Apa yang kamu takutkan itu. Aku hanya bisa mengira-ngira saja. Mungkin ini atau mungkin itu.

Hmmm.... Akhirnya kita bisa ketemu juga. Kita bisa berjalan berdampingan. Kita bisa bicara. Kita bicara setengah serius setengah bercanda. Dan aku hitung, pembicaraan kita lebih banyak seriusnya. Lalu aku ceritakan semuanya, semuanya, semuanya. Aku melihat air mukamu berubah. Seperti seseorang yang ingin marah. Aku tidak tahu, kau ingin memarahiku atau ingin memarahi dirimu sendiri. Sesekali kau membuang benda yang berada di tanganmu, lalu kau ambil kembali. Semakin jauh kita berjalan, semakin sering kau mengulangi adegan itu. Hmmm....

Aku mengerti, mungkin dengan mencabut sembilu ini di depanmu, bisa menggores kulitmu yang halus itu, atau minimal, kamu kena cipratan darahku yang mulai menghitam ini. Tentu saja aku tidak rela itu terjadi. Maka aku mecabutnya dengan sangat perlahan. Perlahan-lahan. Perlahaaan sekali. Walaupun aku tahu, dengan cara itu, rasa perih akan semakin terasa. Tapi aku berusaha untuk menikmatinya. Aku berusaha untuk tersenyum, agar kau tidak memecahkan tangismu.

Jangan...jangan...jangan Menangis. Karena aku sayang kamu...Cinta kamu..., maka jangan menangis. Sayang, maafkan aku yang telah mencintaimu. Honey, I love You.

Yang jelas, semua ini bukan berarti aku ingin meninggalkanmu. Kita jalani saja, mungkin ini jalan yang terbaik untuk kita. Terima kasih tanpa maaf :D (tanpa minta maaf, aku yakin kamu dah maafin aku :-p)

Halah...opo iki? Lakone sinten pak Manteb?
« Home | Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »