<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d35515654\x26blogName\x3dSeruput\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://seruput.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://seruput.blogspot.com/\x26vt\x3d-8552764801363357580', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>


17-an di Kairo

Adzan maghrib menggema dari ribuan menara yang bertebaran di bumi para nabi ini. Tanpa Basa-basi saya langsung mengambil air wudlu untuk segera melaksanakan sholat maghrib. Ya saya ingin menjalankan perintah sholat dengan tepat waktu. Itu saja. Setelah selesai melaksanakan sholat, saya langsung mengambil mushaf dan membacanya. Setelah satu juz selesai saya baca, setengah dari juz delapan, dan setengahnya lagi dari juz satu, saya langsung menyudahi.

Saatnya berangkat.

Iya, malam ini tanggal dua puluh dua agustus, ada acara puncak dari segala aktifitas kegiatan menyambut HUT RI yang ke 63. Tempatnya di City Gym Nasr City Cairo.

Taratta. Nyampe di City Gym, saya langsung disambut oleh senyum mesra para penerima tamu. Alhamdulillah, jadi kenyang saya mendapat senyuman. Semakin bertambah kenyang lagi, karena di belakang, ternyata sudah disediakan makanan untuk para tamu. Alhamdulillah. Emang harus banyak bersyukur sih, soalnya kan lain syakartum laazidannakum walain kafartum inna adzabi lasyadid. Yang kalau saya terjemahkan secara bebas kurang lebih artinya begini; Jika kamu mensyukuri nikmat yang Kuberikan, maka akan Kutambahkan lagi nikmatKu. Dan jika kau mengingkari, maka sesungguhnya adzabKu sangatlah pedih. Tuh kan, makanya cepetan bersyukur atas apa yang kamu dapatkan.

Setelah makan, saya pergi ke ruang di mana acara berlangsung. Ketika saya sampai di sana, acara pembacaan ayat suci al-qur’an sudah selesai. Saya mengikuti acara setelahnya, yaitu pemutaran film dokumenter. Dalam film dokumenter tersebut, ditampilkan foto-foto eksklusif Dubes AM Fachir ketika melakukan kunjungan atau dikunjungi oleh orang-orang penting setempat (Mesir). Semisal Grand Syehk al-Azhar, syekh Tanthowi, atau menteri pendidikan Mesir, dan lain sebagainya. Di dalam film dokumenter tersebut, juga ditampilkan berita-berita Indonesia di mass media Mesir. Bukan hanya media cetak, tapi juga elektronik. Yang ditampilkan di sana adalah prosesi upacara bendera pada tanggal 17 Agustus 2008 di Garden city yang diliput oleh televisi(Nile TV dan chanel lainnya), kegiatan menyambut HUT RI yang ke 63, kegiatan donor darah, dan kebudayaan indonesia.

Setelah selesai acara pemutaran film dokumenter, layar yang tadinya berfungsi sebagai monitor, segera dialih fungsikan sebagai background.

Dan kemudian sambutan oleh Dubes AM Fachir. Dalam sambutannya, AM Fachir meminta kepada ssegenap warga negara Indonesia untuk mengisi kemerdekaan ini dengan kegiatan positif. Menjelaskan perjuangan-perjuangan yang dilalui oleh bangsa Indonesia, dan selalu menghormati serta menghargai jasa-jasa pahlawan, baik yang kita kenal, atau pun yang namanya tidak pernah muncul. Ia juga menyinggung, bahwa untuk mengharumkan nama bangsa, peran serta mahasiswa untuk meningkatkan prosentase kenajahan adalah sebuah jalan yang tidak bisa dihindari. Beliau sangat optimis, Kita BISA, kalau kita mau berusaha dan kerja keras, maka 90% tingkat kenajahan dengan 30% mumtaz bukanlah sebuah mimpi atau angan-angan belaka. Beliau menutup pidatonya, dengan menyebutkan berbagai prestasi yang di raih oleh mahasiswa al-Azhar di tanah air. Sebagai motivasi, bahwa mahasiswa al-Azhar juga punya kiprah di Indonesia.

Setelah sambutan oleh dubes, ada sebuah ceramah yang disampaikan oleh ust.Aep Syaefurrahman, MA. Dalam ceramahnya, ust.Aep mengajak dirinya dan para hadirin untuk selalu mensyukuri nikmat yang telah dilimpahkan kepada Indonesia. Yang menarik, ia juga menyinggung-nyinggung mahasiswa. Ia berpesan kepada mahasiswa, jangan takut anda tidak bisa berkiprah di Indonesia. Ia lalu mengumpamakan dengan ayam kampung dan ayam negeri. “Jadilah ayam kampung,” katanya sambil bersemangat. Ayam kampung adalah ayam yang hidup di alam bebas, makannya juga mencari-cari sendiri. Sedangkan ayam negeri, makanan sudah disiapkan, kandang sudah ada, dan hidupnya selalu teratur sebab “diatur” atau bahasa lainnya “dipaksa”. Tapi ketika kita melihat kenyataan di lapangan, ayam kampung-lah yang banyak dicari oleh masyarakat. Dan itulah gambaran mahasiswa kita di sini.

Nah, baru setelah itu ada pembagian hadiah bagi para pemenang lomba. Dan dubes Fachir juga menjadi salah satu pemenang dalam salah satu lomba, yaitu dalam lomba Biliyard. Piagam dan hadiah diserahkan oleh atdikbud Kairo Slamet Sholeh, M.Ed. sementara yg lainnya, dubes yang membagikan hadiahnya.

Setelah acara pembagian hadiah, ada sebuah pengumuman penting yang disampaikan oleh dubes AM Fachir. Ia menyampaikan dengan nada yang tegas, “Mulai tahun ajaran depan, untuk siswa SD dan SMP akan dibebaskan dari biaya SPP,” sontak saja seluruh hadirin bertepuk tangan. Bulu kuduk saya bergidik, merinding, ikut merasakan kebahagiaan, baru kali ini saya melihat ada sekolah tanpa SPP yang dikelola oleh orang Indonesia. Alhamdulillah.
Dan acara seremonial pun ditutup.

Diteruskan dengan acara hiburan. Acara kemudian dipandu oleh dua MC yang sangat kocak dan bisa mengocok perut para hadirin, yaitu Dimas dan Helmi.

Penampilan pertama dari SIC Band, dengan vokalis Fully dan euis. Fully adalah gadis kecil yang suaranya sangat indah. Satu lagunya yang beradar di seluruh jagad internet adalah Kidung Senja yang sempat ditawarkan untuk menjadi soundtracknya Ayat-Ayat Cinta.

Lalu disambut dengan penampilan adik-adik dengan operetnya. Ceritanya, adalah mereka-mereka yang lahir di Kairo, besar di Kairo, dan tidak pernah merasakan alam Indonesia. Tapi mereka merasa ingin ikut memperjuangkan Indonesia. Penulis skenarionya adalah bang ja’far, pengisi suara Imas Jihansyah dan adik-adik yang mau tampil. Sedang pengolah suara dan Mdnya adalah saya sendiri Hehehe. Saya melihat penampilan mereka sangat puas banget. Karena waktu latihan, susah sekali seriusnya. Saya melihat inti dari cerita itu ada di dalam puisi yang dibacakan oleh Nisa. Saya awalnya agak giman gitu, karena watu itu suara Nisa lemah banget, apalagi setelah ada kejadian dia jatuh kena kursi. Tangannya membiru, nangis, dan tidak bisa ikut latihan. Tapi alhamdulillah, ternyata semua itu bisa berlalu bekas om Surya, kata bang ja’far, puisi dan tambahan suara diedit oleh om Surya. Ma kasih ya Om. Waktu acara pembacaan puisi itu juga bulu kuduk saya bergidik, merinding, sedang penonton yang lain bertepuk tangan, dan menggema ke seluruh ruangan. Wahai anak bangsa, buktikan bahwa kamu bisa. Chayoo...

Ada kejutan yang sangat menarik, ternyata sutradara Ketika Cinta Bertasbih juga hadir di tengah-tengah acara. Ya, siapa lagi kalau bukan pak Khoirul Umam. Ia datang dan diberi kesempatan untuk membaca puisinya Khairil Anwar yang ditulis pada tahun 1943, yaitu puisi Diponegoro. Dengan semangat yang menggebu-gebu pak Khoirul Umam membacanya tanpa melihat teks.

Baru setelah itu penampilan dari para pemenang lomba. Yaitu dari band yang juara tiga, lalu disusul dengan penampilan dari pemenang lomba puisi berantai, yaitu Trio dewa. Ia membacakan puisinya Sutardji Coulzum Bahri yang berjudul Ping Pong. Lalu dilanjutkan lagi dengan penampilan band juara dua. Yang ini semangat banget, vokalisnya (Ambon) berlari ke sana kemari memancing penonton untuk ikut bersuara. Ada kejadian yang membuat semua penonton tertawa ngakak. Pasalnya, si ambon terjatuh setelah meloncat mengikuti musik. Hahahaha.

Nah, satu kebudayaan dan seni dari kalimantan diangkat juga. Yaitu Madihin. Sebuah kesenian berupa pembacaan syair-syair yang sarat dengan pesan dengan diiringi sebuah alat musik yang mirip dengan kendang.

Acara ini ditutup dengan penampilan juara satu lomba Band. Ya, Flat band berhasil menjuarai lomba band, dan penampilannya tidak mengecewakan. Penonton serasa terhipnotis, mereka mengikuti lagu yang dinyanyikan. Ada yang berteriak histeris. Dan yang mengejutkan, ketika menyanyikan lagu satu nusa satu bangsa, suara perempuan yang tidak jelas dari mana. Ternyata datangnya dari arah penonton sambil berjalan menuju panggung. Huh...Indah sekali. Semua penonton ikut bernyanyi. Terakhir, seseorang membawa bendera merah putih mengelilingi panggung. Ini yang membuat anak-anak rumah budaya ikutan turun. Mereka mengejar bendera, dan diikuti yang lain. Acara terakhir itu seolah-olah menjadi penerjemahan lagu satu nusa satu bangsa yang sedang dinyanyikan. Gerakan-gerakan teatrikal membuat para penonton terhenyak. Seolah-olah, itu semua memang sudah berskenario. Padahal semua itu adalah ajakan spontan saja. Haha.

Alhamdulillah, acara 17 agustusan di Kairo aman-aman saja. Mudah-mudahan untuk selanjutnya bisa berjalan dengan lancar aman dan tentram. Amin...amin..ya robbal alamin.
« Home | Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »