<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d35515654\x26blogName\x3dSeruput\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://seruput.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://seruput.blogspot.com/\x26vt\x3d-8552764801363357580', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe", messageHandlersFilter: gapi.iframes.CROSS_ORIGIN_IFRAMES_FILTER, messageHandlers: { 'blogger-ping': function() {} } }); } }); </script>


Bocah

Di sebuah ruangan kecil tak tertata rapi, dengan hanya ada satu kursi dan satu meja kecil, ia menghabiskan waktunya di sana. Ia duduk sambil memandangi sebuah foto dengan khusyuk.

O wahai yang kemerah-merahan, Maha besar Allah yang telah menciptakanmu sesempurna ini.

O wahai yang berkilauan, arahkanlah pantulan cahaya-Nya ke arahku. Agar aku mendapatkan seberkas sinar sejuk-Nya. Atau baiknya ajak saja aku untuk selalu bersamamu. menjadi pemantul-pemantul cahaya-Nya yang agung.

O wahai Bidadari hatiku, Mungkin aku terlalu tinggi bermimpi. Mungkin aku terlalu besar berharap, mungkin aku terlalu gila berangan-angan.

Walaupun aku sendiri tidak yakin, kalau Allah ingin, siapa yang akan menghalangi?

Layaknya seorang Khairil Anwar, Sapardi Djoko Damono, atau bahkan kahlil Gibran lelaki itu berpuisi. Ekspresinya sangat meyakinkan. Suasana waktu itu telah berhasil dibuatnya hening, khidmat, dan khusyuk. Ia terus melantunkan setiap kalimatnya. Memuja gambar dalam pigura di tangannya. Ia-lah si bocah kecil itu. Bocah kecil yang baru saja belajar bernyanyi. Mendendangkan lagu-lagu kehidupan yang syahdu dengan bibir mungilnya. Sambil sesekali menari-nari tarian sufi yang sejuk. Mengikuti ritme hidup yang kadang naik turun.

Sampai akhirnya, ia melakukan adegan terakhir.

Hayoo, siapa bisa menebak... kira-kira ngapain ya si bocah ini?
« Home | Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »